Bireuen Kota Seratus Ribu, Jangan Kau Ganti Namaku.!!

IndonesiaInvestigasi

Bireuen, Aceh – Kota Bireuen kembali menjadi sorotan publik karena dinamika politik dan sosial yang intens. Namun di balik konflik tersebut, masyarakat Bireuen tetap setia menjaga identitas dan martabat Kota.

Kabupaten Bireuen, Aceh, telah menjadi korban fitnah dan manipulasi informasi. Nama “Kabupaten Seratus Ribu” yang awalnya digunakan oleh pihak yang kalah dalam Pilkada untuk menggambarkan dugaan money politik menjadi kontroversi. Dan hal ini juga menjadi senjata untuk merendahkan martabat daerah ini.

Namun dibalik narasi negative yang mereka mainkan, dominan masyarakat telah sangat memahami dari peran sejumlah pihak yang menggiring isu negative tersebut. Peran dengan sesungguhnya seakan kenakalan perpolitikan itu berada pada pihak pemenang. Padahal sejarah kenakalan perpolitikan itu telah dipahami dengan sangat utuh oleh masyarakat. Sebuah logika politik dapat dimaklumi, dengan 51% selisih angka antar pesaing dengan pemenang, menunjukan bahwa masyarakat telah sangat paham segalanya, sehingga memberi dukungan mutlak pada sang pemenang.

Bacaan Lainnya

Pilkada Bireuen menjadi ajang pertarungan politik yang sengit. Tuduhan money politik dengan harga seratus ribu rupiah per suara muncul dari pihak yang kalah. Namun, tuduhan ini tidak pernah terbukti secara hukum. Ironisnya, setelah nama tersebut viral, mereka yang mencetuskan istilah tersebut malah menolaknya dan menyalahkan pemenang Pilkada.

Bahkan sebagian masyarakat menolak nama tersebut dan mengklaim bahwa nama tersebut telah merendahkan martabat daerah, apalagi tergambarkan sejumlah tokoh yang berada dibalik layar dari kekalahan tersebut, termasuk diri mereka yang tak dipercayakan lagi di kampung halamannya oleh masyarakat.

Tindakan ini adalah klasik kasus “playing victim” atau bermain menjadi korban. Mereka menciptakan narasi negatif, kemudian menyangkal peranannya dan menyalahkan pihak lain. Ini mengalihkan perhatian dari isu-isu nyata yang dihadapi Kabupaten Bireuen.

Dampak Negatif dari Nama “Kabupaten Seratus Ribu” telah:

– Merendahkan martabat daerah.
– Menciptakan kesan negatif bagi masyarakat.
– Dan tercorengnya sejarah atas julukan Kota Juang yang sudah melekat pada Kabupaten Bireuen.

Mereka ingin tampil sebagai pahlawan kesiangan, namun mereka lupa bahwa langkah mereka laksana kata bijak “menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri.”

Kabupaten Bireuen tidak layak dilebeli dengan nama yang merendahkan. Masyarakat Bireuen pantas mendapatkan pengakuan atas sejarah, keunikan dan potensinya. Dengan istilah Kota Juang yang sudah melekat pada Kabupaten Bireuen. Mari kita fokus pada pembangunan yang berkelanjutan dan menghargai keunikan daerah ini.

Teuku Fajar Al-Farisyi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *