Indonesiainvestigasi.com
BANDA ACEH – Dalam konferensi pers yang digelar pada 30 Juni 2025, Lembaga Bantuan Hukum Teras Keadilan menyampaikan pernyataan resmi mewakili keluarga almarhum Dhiyaul Fuadi, korban pembunuhan tragis di Jeulingke, Banda Aceh. Di hadapan awak media, mereka menegaskan bahwa proses hukum yang sedang berjalan belum menyentuh sisi kemanusiaan yang paling mendasar: pengakuan dan empati dari pihak terdakwa.
Tim kuasa hukum menyayangkan sikap terdakwa ZF yang terus membantah keterlibatannya dalam pembunuhan, meskipun bukti-bukti telah dipaparkan secara rinci di persidangan. “Kami tidak hanya menuntut keadilan dalam bentuk hukuman, tetapi juga kejujuran dan keberanian untuk mengakui kesalahan,” ujar salah satu pengacara dari Teras Keadilan.
Keluarga korban, yang hadir dalam konferensi pers tersebut, menyampaikan bahwa luka mereka bukan hanya karena kehilangan, tetapi juga karena sikap dingin dari pihak terdakwa dan keluarganya. Hingga hari ini, tidak ada sepatah kata maaf atau itikad baik yang ditunjukkan. “Kami tidak ingin balas dendam. Kami hanya ingin pelaku mengakui perbuatannya,” kata Fidhaul Fuadi, adik korban, dengan suara tertahan.
Teras Keadilan juga menyoroti pentingnya aspek moral dalam penegakan hukum. Mereka menilai bahwa keadilan tidak cukup ditegakkan hanya dengan vonis, tetapi juga dengan pengakuan yang tulus dari pelaku. “Keadilan yang tidak menyentuh hati nurani hanya akan menjadi formalitas,” tegas mereka.
Dalam kesempatan itu, kuasa hukum juga mengajak publik untuk tidak melupakan sisi manusia dari tragedi ini. Mereka mengingatkan bahwa di balik setiap pasal dan dakwaan, ada keluarga yang berduka dan berjuang untuk didengar. “Ini bukan hanya soal hukum, ini soal kemanusiaan,” ujar mereka.
Konferensi pers ini menjadi momen penting untuk memperkuat posisi keluarga korban dalam proses hukum yang masih berlangsung. Teras Keadilan memastikan bahwa mereka akan terus mengawal kasus ini hingga keadilan substantif benar-benar ditegakkan.
Dengan suara yang tenang namun penuh keteguhan, keluarga korban dan tim kuasa hukum menutup konferensi pers dengan satu harapan: agar pelaku memiliki keberanian untuk berkata jujur, dan agar keadilan tidak hanya hadir di ruang sidang, tetapi juga di hati nurani semua pihak.
Nuhalim