Oleh Bung Syarif, SH.I,MH
Indonesia Investigasi
Adalah menjadi uruf kenegaraan Pemerintah Kota Banda Aceh merayakan hari kelahirannya di setiap tanggal 22 April. Tradisi ini awalnya dipopolerkan oleh Almarhum Mawardi Nurdin, Walikota Banda Aceh dua periode yang pada akhirnya beliau digantikan oleh Bunda Illiza Sa`aduddin Djamal, pasca Mawardi Nurdin meninggal dunia.
Perayaan HUT Kota Banda Aceh selalu meriah dengan berbagai event yang “aduhai”. Akan tetapi kali ini tampil sederhana. Tradisi Milad Kota Banda Aceh tentunya berbeda nuansa kebatinannya. Kondisi Kota Banda Aceh yang kini tidak baik-baik saja dalam melaksanakan tradisi yang telah menjadi agenda kenegaraan ini. Kondisi keuangan yang belum stabil, meningkatnya pelanggaran syariat Islam, trend kasus HIV/AIDS yang cendrung meningkat sejak tahun 2021, 2022, 2023 hingga Mai 2024 sebanyak 441 kasus dan berbagai problem social, keagamaan dan ekonomi membuat nuansa Milad Kota Banda Aceh 820 melesu.
Milad ke-820 Tahun Kota Banda Aceh adalah memasuki episode 100 hari Bunda Illiza Sa`aduddin Djamal- Afdhal Khalilullah dalam memimpi Kota Banda Aceh. Berbagai persoalan keumatan dan kenegaraan kini pelan-pelan ditunaikan. Penegakan Syariat Islam yang semakin menyala, Patroli dan pengawasan Syariat Islam di Hotel, Cafe dan Pantai Uleleu terus dilakukan oleh Walikota dan Wakil Walikota Banda Aceh.
Banda Aceh yang lahir sejak *22 April 1205 M*, telah dikenal sebagai Pusat Pemerintahan Aceh yang mashur kala itu. Merujuk pada tulisan Rusdi Sufi dan Agus Budi Wibowo tahun 2006 tentang Kerajaan Aceh Darussalam mengatakan, kemunculan Kesultanan Aceh Darussalam yang beribukota di Banda Aceh ini tidak lepas dari eksistensi Kerajaan Islam Lamuri. Salah seorang sultan yang terkenal dari Kerajaan Islam Lamuri adalah Sultan Munawwar Syah. Sultan inilah yang kemudian dianggap sebagai moyangnya Sultan Aceh Darussalam yang terhebat, yakni Sultan Iskandar Muda.
Akhir abad ke-15 pusat singgasana Kerajaan Lamuri dipindahkan ke Meukuta Alam, Banda Aceh sekarang. Sementara mengenai Lamuri atau sebagian ada yang mengatakan Lam Urik, saat ini terletak di kawasan Aceh Besar. Merujuk pada catatan Dr. N. A. Baloch dan Dr. Lance Castle, yang dimaksud dengan Lamuri yaitu Lamreh di Pelabuhan Malahayati (Krueng Raya sekarang). Jejak kerajaan ini kembali ditemukan saat ini di perbukitan Lamreh.
Dari catatan tersebut, diketahui istananya dibangun di tepi Kuala Naga (kemudian menjadi Krueng Aceh) di Kampung Pande atau sering disebut dengan “Kandang Aceh”. Masa pemerintahan Sultan Alaidin Mahmud Syah, istana Kerajaan Aceh dibangun ulang di seberang Kuala Naga (Krueng Aceh) dengan nama Kuta Dalam Darud Dunia (dalam kawasan Meuligoe Aceh atau Pendopo Gubernur sekarang). Selain itu, beliau juga mendirikan Masjid Raya Baiturrahman pada tahun 691 H. Banda Aceh Darussalam dijadikan sebagai ibukota Kerajaan Aceh Darussalam dan sekarang ini merupakan ibukota Aceh.
Banda Aceh yang merupakan ibu kota Provinsi Aceh yang tidak jarang dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Saat ini Banda Aceh mempopulerkan jargo Kota Kolaborasi “bansigoem donya”. Berbagai terobosan terus dilakukan terutama aspek pelayanan publik, pendidikan, keagamaan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi.
Langkah-langkah strategis dan taktis terus dilakukan, guna mewujudkan mimpinya. Banda Aceh Kota Kolaborasi “Ijtihad birokrasinya”. Tentu membangun Kota tidak semudah menyulap, “sim salaben abra kadabra”. Butuh proses dan komitmen bersama.
Dalam keadaan berkabung nasional, akibat kebijakan Donald Trump, yang berimbas panda resesi ekonomi dunia, yang pada akhirnya berimbas pada penyesuaian anggaran kegiatan dan program pemerintah nasional dan Kab/Kota, kolaborasi antara pelaku usaha perhotelan, perguruan tinggi, LSM, badan usaha, UMKM dan Pemerintah menjadi langkah yang tepat dalam merayakan 22 April 2025 (Milad ke-820 Tahun Kota Banda Aceh), setidaknya inilah salah satu resolusi pemulihan ekonomi di masa resesi ekonomi global. Saatnya bersinergi dan berkolaborasi dalam memperkuat Implementasi Syariat Islam di Kota Banda Aceh. Mari wujudkan kebangkitan ekonomi umat; rakyat ceria, ekonomi bangkit, kehidupan beragama menjadi pondasi utama dalam segenap menjalankan aktivitas kenegaraan. Takbir
*Penulis adalah Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Kota Banda Aceh & ICMI Kota Banda Aceh* (JZ01CPR)
(A.Iqbal, SE)