Mengatasi Polemik Bendung Karet Welahan, Beberapa Petinggi Desa Berinisiatif Bentuk Paguyuban

Indonesiainvestigasi.com

Jepara, Jawa Tengah – Beberapa petinggi desa dari tiga kecamatan di wilayah Kabupaten Jepara bentuk paguyuban untuk mengatasi polemik pemanfaatan air yang terhubung dengan Bendung Karet Welahan BUM, di desa Gerdu, Kecamatan Pecangaan. Kamis (04/01/2024).

Paguyuban tersebut terbentuk diduga akibat dari tidak sesuainya jadwal buka tutup bendungan yang mengakibatkan beberapa desa yang dilalui air sungai tidak mendapatkan porsi yang sesuai dengan kebutuhan desa tersebut.

Paling kiri, Kahono Wibowo, Petinggi Kendengsidialit (doc.IIC)

Kahono Wibowo, Petinggi desa Kendengsidialit dari Kecamatan Welahan berharap dengan terbentuknya paguyuban tersebut bisa memaksimalkan masa tanam padi, baik di desanya maupun di desa-desa sekitarnya.

Bacaan Lainnya

“Saya berharap dengan dibentuknya paguyuban, Bendung Karet ini dapat bermanfaat secara umum dan tidak dimanfaatkan secara ‘pribadi’, misalnya ada salahsatu desa yang meminta mengempiskan bendung,” tegas Kahono.

Kahono juga menambahkan bahwa dengan dibentuknya paguyuban ini tidak ada lagi kesimpangsiuran informasi.

“Intinya dengan dibentuknya paguyuban ini agar kelak tidak lagi terjadi simpang siur informasi dan tentunya harapan saya agar fungsi bendung karet ini bisa bermanfaat buat para petani dan meningkatkan kesejahteraan petani,” pungkasnya.

Paling kiri, Winaryo Wibowo, Petinggi Desa Gerdu (Doc.IIC)

Selain itu, Winaryo Wibowo, S Kep, Petinggi Desa Gerdu, Kecamatan Pecangaan, selaku pemangku wilayah dimana lokasi Bendung Karet berada, ketika ditemui tim media Indonesiainvestigasi.com menyatakan bahwa pembentukan paguyuban ini sangatlah penting bagi kepentingan umum.

“Sebelumnya memang terjadi beberapa kali miskomunikasi dengan desa-desa yang lain, jelas nantinya akan berpengaruh pada petani. Sehingga pada hari ini kita duduk bersama di bendung karet dengan para petinggi desa yang memanfaatkan SWD 2, beserta Babinsa dan Bhabinkamtibmas dan operator bendung terkait permasalahan yang ada di masing-masing wilayah dan Alhamdulillah, hari ini sudah ada keputusan bersama, sehingga dibentuk paguyuban untuk pemanfaatan sungai SWD 2,” ungkap Winaryo.

Winaryo juga berharap pembentukan paguyuban ini bisa bermanfaat bukan hanya untuk petani saja.

“Selain petani, disini juga ada peternakan sapi yang memanfaatkan air sungai serta masyarakat umum, jadi lebih meluas, bukan hanya fokus pada petani saja,” pungkasnya.

Sementara yang hadir dalam pembahasan dan pembentukan paguyuban antara lain, desa Guwosobokerto, desa, Batukali, Desa Karanganyar, Desa Ujungpandan, desa Kendengsidialit, desa Gerdu, dan desa Krasak.

(Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *