Indonesia Investigasi
Banjarmasin, Kalimantan Selatan – Senin 1 Juli 2024, memiliki begitu banyak tempat Wisata mengandung nilai-nilai kearifan local dan sejarah daerah, seperti tempat wisata Religi Masjid Sultan Suriansyah, banyak dikunjungi para wisatawan karena memiliki keunikan dan keindahan pada arsitekturnya.
Mesjid Sultan Suriansyah atau biasa dikenal dengan Mesjid Kuin adalah mesjid bersejarah yang ada di Kota Banjarmasin Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), Raja Banjar pertama memeluk agama Islam.
Masjid Kuin merupakan salah satu dari tiga masjid tertua yang ada di kota Banjarmasin pada masa Mufti Jamaluddin (Mufti Banjarmasin), masjid lainnya adalah Masjid Besar (cikal bakal Masjid Jami Banjarmasin) dan Masjid Basirih. Masjid ini terletak di Jalan Kuin Utara,
Kelurahan Kuin Utara, kawasan dikenal sebagai Banjar Lama merupakan situs ibu kota Kesultanan Banjar yang pertama kali. Masjid ini letaknya berdekatan dengan komplek makam Sultan Suriansyah dan di tepian kiri sungai Kuin.
Masjid Sultan Suriansyah diperkirakan berdiri pada abad ke 16 M, yaitu pasca ber-Islamnya Sultan Suriansyah diikut oleh rakyat banjar resmi memeluk Islam. Masjid Sultan Suriansyah terletak berdekatan dengan sungai kuin, Banjarmasin.
Masjid ini dibangun untuk menampung kebutuhan Muslim beribadah disana, lokasi masjid ini berdekatan dengan sungai yang menandakan kedekatan Masjid dengan masyarakat menggunakan sungai sebagai jalur transportasi mereka kala itu, masjid Sultan Suriansyah adalah Masjid tertua yang ada di Kalimantan Selatan.
Masjid ini memiliki keistimewaan pada bangunan menunjukkan ‘ke-banjar-annya’. Gaya, symbol, warna, bentuk dan sebagainya sangat menggambarkan kearifan local banjar.
Masjid Sultan Suriansyah merupakan masjid yang menjadi bukti awal perkembangan Islam di Kalimantan Selatan, bentuk bangunan pun mirip dengan tradisi Masjid Jawa (Demak), yaitu atap berundak bukan kubah seperti bentuk Masjid Pada Umumnya.
Masjid Sultan Suriansyah hampir seluruhnya didominasi bahan kayu ulin, menunjukkan keaslian masjid dan kedekatan masyarakat dengan alam, kayu-kayu tersebut di ukir dengan motif Flora Khas Banjar ada yang berupa Bunga Melati, Bunga Mawar, Buah Nanas, dan Daun jaruju.
Bunga Melati memiliki makna tersendiri bagi Banjar, bunga ini bahkan masuk dalam lambang kesultanan banjar, dalam lambang tersebut Bunga melati dimaknai sebagai kesucian, keanggunan, kesederhanaan, dan ketulusan, ini sangat sesuai dengan semangat islam yang mengajarkan ketawadhuan (rendah hati), bunga ini sebagai symbol kerendahan hati Sultan Suriansyah kepada rakyatnya.
Ukiran buah nanas terdapat pada atap, dan tangganya, yang memiliki arti sebagai symbol kegigihan, dan Daun jaruju merupakan tanaman khas Kalimantan memiliki bentuk panjang menjulur, bagi orang banjar motif jaruju melambangkan keindahan dan perisai diri dari niat jahat orang-orang tidak bertanggung jawab, sifat daun jaruju adalah kokoh dan bertumpuk (banyak) seakan saling mengisi, hal ini mengesankan ketahanan dan kekokohan persatuan rakyat atau masyarakat Banjar.*
(rhn)