Indonesia Investigasi
Innā lillāhi wa innā ilaihi rājiʿūn.
Bireuen – Masyarakat Kabupaten Bireuen dan seluruh Aceh kembali kehilangan salah satu ulama kharismatiknya. Bupati terpilih H. Mukhlis, ST, dan Wakil Bupati terpilih H. Ir. Razuardi, MT menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya Tgk. H. Usman Ali, atau yang akrab disapa Abu Kuta Krueng, yang berpulang ke rahmatullah pada Kamis, 13 Februari 2025, pukul 04.30 WIB di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.
Kabar duka ini datang di saat euforia pesta demokrasi Pilkada belum sepenuhnya usai, ketika Bupati terpilih H. Mukhlis, ST, dan Wakil Bupati terpilih H. Ir. Razuardi, MT, tengah bersiap untuk dilantik oleh Gubernur Aceh, H. Muzakkir Manaf. Di tengah harapan baru bagi masyarakat Bireuen, Allah justru memanggil salah satu sosok panutan yang selama ini menjadi cahaya penerang bagi umat. Abu Kuta Krueng bukan hanya seorang ulama besar, tetapi juga guru bagi banyak santri, penasihat bagi masyarakat, serta figur yang selalu mendukung upaya kebaikan dan perubahan yang maslahat.
H. Mukhlis, ST mengenang almarhum sebagai sosok yang penuh kebijaksanaan dan keikhlasan. Di masa awal menjelang Pilkada, Abu Kuta Krueng senantiasa hadir memberikan dukungan moral serta doa untuk kemenangan pasangan ini, berharap agar kepemimpinan yang baru dapat membawa keberkahan bagi rakyat Bireuen. Dukungan dan doa dari almarhum menjadi penyemangat luar biasa dalam perjuangan politik ini.
Tidak hanya melalui lisan, almarhum juga menunjukkan dukungannya dengan hadir langsung dalam prosesi tepung tawar di awal langkah perjuangan, serta memantau langsung posko pemenangan saat pasangan ini melangsungkan aktivitas kampanye. Kehadiran beliau menjadi bukti bahwa Pilkada Bireuen bukan hanya tentang kontestasi politik semata, tetapi juga perjuangan membawa maslahat bagi umat. Momen-momen kebersamaan itu kini menjadi sejarah terindah bagi masyarakat Kabupaten Bireuen.
Namun, takdir berkata lain. Belum sempat H. Mukhlis, ST, dan H. Ir. Razuardi, MT, membalas kebaikan serta jasa-jasa beliau, Allah lebih dahulu memanggilnya kembali. Betapa besar keinginan untuk bisa membalas budi, menunjukkan rasa hormat, dan menghadirkan perubahan yang mungkin bisa membuat almarhum tersenyum bangga. Namun sebagai manusia, kita hanya bisa berencana, sementara ketetapan terbaik tetap berada di tangan Allah.
Duka ini bukan hanya duka bagi keluarga dan santri-santri beliau, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Aceh, khususnya masyarakat Bireuen, yang kehilangan seorang ulama yang selama ini menjadi tempat bertanya, tempat mengadu, dan tempat mencari cahaya dalam kehidupan.
Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah beliau, mengampuni segala khilafnya, serta menempatkan beliau di sisi-Nya dengan penuh kemuliaan. Doa-doa terbaik terus mengalir, mengiringi perjalanan beliau menuju keabadian.
Muhammad Yanis