Banda Aceh Command Center Pusat Monitor Perkembangan Kota, Mungkinkah Terwujud?

Oleh Bung Syarif, S.HI,MH

 

Indonesiainvestigasi.com

 

Bacaan Lainnya

Ketika kita menonton filem holliwood, Star Trek, dimana ada satu ruangan khusus yang mampu memotret berbagai aktifitas jagad raya dengan sistem teknologi yang super canggih. Tentunya ini sebatas hanyalan dan imajiner sang sutradara. Mungkin hasil imajiner ini pula Ridwan Kamil, Walikota Bandung kala itu yang suka berselancar di jagad raya, adalah sosok Walikota yang cerdas dan penuh Inovasi. Karya besarnya tentu tidak bisa diragukan lagi, baik skala nasional dan Internasional. Bahkan di Aceh, Mesium Tsunami menjadi salah satu karya fenomenal kang emil sapaan akrabnya yang pada akhirnya beliau mudah meluncur sebagai Gubenur Jawa Barat ke-14 masa Jabatan 5 September 2018-5 September 2023.

 

Bandung Command Center (BCC) adalah sebuah gagasan dari Ridwan Kamil sebagai salah satu upaya menjadikan Bandung sebagai kota cerdas dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Di samping BCC ini bertujuan mewujudkan tata kelola pemerintahan, juga untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang baik.

 

Sejak awal peluncurannya pada Januari 2015 lalu dan banyak memunculkan respon positif dari berbagai kalangan. Bandung Command Center yang menelan anggaran yang totalnya mencapai Rp. 30M tersebut akan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, juga untuk meningkatkan kualitas pelayanan public. Namun apakah warga Bandung sudah tau apa itu Command Center ? Dan apa saja fungsinya?

 

Command Center adalah sebuah sistem dimana pengawasan kota cukup hanya dengan menatap layar komputer dan pengoperasiannya dilakukan oleh ahli-ahli teknologi komputer, atau sebagai gambaran seperti yang terdapat di film–film Hollywood seperti Star Trek. Sementara untuk mengakses informasi seputar kota, user/masyarakat cukup menggunakan komputer atau gadget yang terintegarsi ke internet.

 

Dalam Command Center tersebut terdapat banyak aplikasi yang bisa memonitor keadaan Bandung. Di dalamnya ada data cuaca, peta, video feed, special vehicles location, video analisis dan sebagainya. Sebagai penunjang, di 80 titik di Kota Bandung akan dipasang CCTV dan 50 kendaraan yang bersentuhan dengan pelayanan publik dipasang GPS. Rekaman-rekaman CCTV tersebut nantinya akan dianalisis lebih detil sehingga timbul notifikasi sesuai kebutuhan. Kepolisian juga memamfaatkan Command Center sebagai instrumen monitoring jalan-jalan utama dan pelaporan warga.

 

Fungsi dari Command Center sendiri adalah untuk menyempurnakan pelayanan publik keluar, dan mempermudah pelayanan kedalam yakni manajemen pengambilan keputusan cepat. Untuk pelayanan publik, seluruh pelayanan publik di kota Bandung dapat diakses dengan mudah dengan teknologi yang canggih. Seperti mengurus KTP, mengecek perizinan, hingga memonitor kemacetan atau banjir bisa dilakukan pengawasan dan penyebaran informasi secara realtime. Command Center ini, akan menjadi pusat data informasi dari seluruh instansi di lingkungan Pemkot Bandung.

 

Untuk membangun proyek IT ini, Pemkot Bandung mencicil dulu sepertiga dari target software 100%. Jika dibandingkan, Singapura mempunyai 1.600 online service, sementara Kota Bandung baru sekitar 200 online service.

 

Kamis 5 April 2018, kala penulis berkesempatan melakukan monitoring Perkembangan Kota di ruang utama Command Center, Berkat bantuan Ibu Sinda Fungsional Umum pada Bagian Kesra Setda Kota Bandung, kami berkesempatan memonitor situasi Kota Bandung, layaknnya Walikota dan Wakil Walikota. Tentu melihat ruangan seperti film Star Trek dengan dipandu oleh Anak Muda yang telaten dalam bidang Teknologi, tentunya Bandung benar-benar mejadi juara seperti jargon yang dipopulerkan oleh kang Emil;”Bandung Juawara”.

 

Lantas, akankah Walikota Banda Aceh dibawah kepemimpinan Bunda Illiza Sa`aduddin Djamal dan Wakil Walikota Banda Aceh Afdhal Khalilullah periode 2025-2030 mampu menghadirkan Banda Aceh Command Center? Jawabannya sangat mungkin itu bisa terwujud, apalagi secara sumber daya, Pemerintah Kota Banda Aceh memiliki banyak Tenaga Ahli Teknologi baik yang berasal dari ASN maupun dari Perguruan Tinggi yang kini banyak melahirkan berbagai aplikasi publik berstandar nasional.

 

Disamping itu pula Banda Aceh dibawah kepiawaian Bunda Illiza terus bersinergi dan berkolaborasi degan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Selasa 18 Maret 2025 guna menghidupkan kembali Banda Aceh Akademy (BAA). Disamping itu pula panda Tahun 2018 Bunda illiza meresmikan gedung Madani Center yang bersumber dari Dana Otsus sebagai pusat monitoring pembangunan Kota, sayangnya pasca beliau tidak lagi menjabat sebagai Walikota, Pusat Monitoring Pembangunan Kota mati suri. Alat-alat yang canggih yang dibeli dari sumber dana otsus terbengkalai.

 

Pada ruangan ini disematkan sebuah layar besar yang terdiri dari 10 unit monitor LCD 49 inci. Layar pantau ini terhubung dengan ratusan CCTV yang telah dipasang di sejumlah ruang publik dan perkantoran. Trio (Walikota-Wakil Walikota-Sekda) dapat memantau perkembangan Kota, karna disetiap sudut jalan dan akses pelayanan publik dipasang CCTV. Para pelanggar lalu lintas dengan muda dipantau, suara petugas dengan sayup-sayup muncul seperti: “bapak yang baju merah Plat Honda Sekian-Sekian mohon pakai helm, jangan ngebut dijalan dan sebagainya”.

Efek jera dan malu langsung hadir seketika. Sayangnya leksikon itu hilang tidak muncul lagi. Personil Satpol PP dan WH sangat mudah monitor karna tinggal lihat monitor diruangan langsung terpantau pelanggaran khalwat di berbagai titik rawan.

 

Sebagai Pusat Ibukota Propinsi Aceh, Banda Aceh kala itu selalu unggul dalam bidang Reformasi Birokrasi Bahkan Banda Aceh dan Bandung punya kemiripan dalam berinovasi. Saya meramal suatu saat Banda Aceh Command Center akan terwujud. Ikhtiar itu tentu telah dipikirkan oleh Bunda Illiza-Afdhal, hanya saja saat ini mereka disibukkan dengan melunasi hutang warisan yang lumayan. Kata Mas Parto, Banda Aceh kini tidak baik-baik saja, butuh kerja keras, kerja tuntas dan terukur. Jangan ugal-ugalan lagi dalam mengelola uang negara, hehe. Dibalik kesusahan ada kemudahan. Wallahu `alam binshawab.

 

Penulis adalah Magister Hukum Tata Negara USK, Mantan Kepala UPTB e-Kinerja PNS, Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Kota Banda Aceh, Dosen Legal Drafting FSH UIN Ar-Raniry, ICMI Kota Banda Aceh, Direktur Aceh Research Institute (ARI), Alumni Lemhannas Pemuda Angkatan I, Aktivis`98, Aktivis LBH Darul Misbah.

 

( A.IQBAL,SE)

Pos terkait