Indonesia Investigasi
Aceh Utara – Banjir menjadi hal yang tak kunjung usai di Aceh utara, dari tahun ke tahun masalah banjir di Aceh utara belum ada jalan keluar baik dari pemerintah daerah hingga pemerintah provinsi bahkan tingkat Nasional sudah meninjau kondisi Aceh Utara.
Selasa, 8 oktober 2024, musibah banjir kembali menerjang Aceh Utara. Banjir setinggi 1 meter lebih melanda 7 kecamatan di wilayah Aceh Utara yang bedampak putusnya akses jalan menuju beberapa kecamatan tersebut. 7 kecamatan yang terdampak banjir yakni Paya Bakong, Pirak Timu, tanah luas, Tanah pasir, Matangkuli, Cot Girek dan Lhoksukon.
Catatan media indonesia Investigasi dalam tahun ini saja, di Aceh Utara sudah terjadi banjir sebanyak 2 kali. Bendungan yang di bangun di krueng keurutoe paya bakong tidak menjadi solusi untuk mengatasi banjir.
Masyarakat tidak lagi mengeluh terhadap banjir ini, sepertinya mereka sudah mulai berdamai dengan musibah ini. Dan mungkin hal ini juga yang membuat pemerintah abai terhadap banjir yang berdampak serius terhadap ekonomi masyarakat.
Masyarakat yang umumnya berprofesi sebagai petani terdampak langsung oleh banjir ini. Dimana gagal panen menjadi makanan mereka setiap tahunnya, mereka hanya pasrah kepada Allah yang Maha Kuasa. karena untuk mengadu kepada pemimpin mereka akan menjadi hal yang sia-sia. Bahkan pemimpin mereka sebelumnya, di saat banjir melanda tidak pernah menunjukkan batang hidungnya. Entah apa yang lakukannya di dalam istana megahnya.
Salah seorang petani di matangkuli mengatakan, tumbuhan cabai saya sudah berumur 5 bulan, dan alhamdulillah hasil dari cabai rawit saya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga saya. Tapi hari ini, banjir datang dan pasti tanaman saya akan mati seperti tahun-tahun sebelumnya.
SM salah seorang petani di kecamatan yang sama juga menyampaikan bahwa beliau dan para petani yang lain baru saja menabur benih padi sekitar 3 hari yang lalu. Dan setelah banjir surut kami akan menaburnya kembali karena benih tersebut sudah di bawa air.
Benih padi yang hilang, sawah yang harus di garap kembali, gagal panen, tenaga yang terkuras dan waktu panjang yang di habiskan untuk mengolah kebun dan sawah menjadi kerugian mutlak dan harus kembali menambah modal untuk hal yang sama.
Tetapi semangat para petani sangat luar biasa, mereka tidak menganggap apa yang mereka lakukan sia-sia.
Belum lagi dampak kerusakan barang rumah tangga seperti lemari, tempat tidur dan barang-barang elektronik lainnya yang tidak sempag di pindahkan saat banjir datang tiba-tiba. Puluhan bahkan ratusan sepeda motor yang berjejer dan antri untuk di perbaiki setelah banjir.
Harapan utama kami semoga saja akan datang pemimpin baru yang dapat mengatasi masalah ini, membawa harapan baru dan solusi terbaik. Kami tahu ini bukanlah hal yang mudah. Tapi ini adalah harapan kami agar generasi selanjutnya tidak merasakan lagi dampak dari banjir ini.
Teuku Fajar Al-Farisyi