52 Tahun ISKADA, Saatnya Kader Bersatu dan Bangkit

Oleh : Bung Syarif, S.HI, M.H.

Indonesiainvestigasi.com

Ikatan Siswa Kader Dakwah (ISKADA) yang lahir sejak 1 Muharram 1393 H atau bertepatan 5 Februari 1973 M, genap berumur 52 Tahun jika berpedoman pada tahun miladiyah (5 Februari 1973- 5 Februari 2025). Usia yang cukup matang dan dewasa untuk mengelola masa depan Aceh. Sejak lahirnya berkomitmen untuk membangun bangsa dan negara, khususnya mencetak kader pemimpin Aceh masa depan.

Sebagai ormas Islam lokal yang hanya ada di Aceh, didirikan oleh para tokoh penting Aceh kala itu sebut saja; Tgk. Abdullah Ujong Rimba (Ulama/Ketua MUI Aceh), Drs. A.Rahman Kaoy (Da`i/Sejarawan Aceh), Prof Ali Hasyimi (Gubernur Aceh), Tgk. Sofyan Hamzah (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman), Drs. Tgk. H. Zaini Bakry (Bupati Aceh Besar), serta tokoh lainya yang disegani Pemerintah Pusat pada masa itu.

Bacaan Lainnya

Tentunya kehadiran ISKADA di Aceh sebagai solusi dan pencerahan sekaligus kebuntuhan guna menyelesaikan dekadensi moral generasi muda Aceh terutama kaum terpelajar. Setiap aktivitas ISKADA memiliki gerakan Tauhidullah. ISKADA memiliki 5 spirit khittah perjuangan diantaranya: pertama; mewujudkan ummat yang berbasis dakwah, kedua; menjadikan dakwah sebagai gerakan ummat dan pembangunan, ketiga; menjadikan tauhidullah sebagai sandaran gerakan dakwah, keempat; menjadikan masjid sebagai basis gerakan dakwah dan kelima menjadikan ISKADA sebagai laboratorium mencetak kader pemimpin Aceh.

Spirit inipula yang selalu ditanamkan oleh Ayahanda A. Rahman Kaoy (almarhum) selaku tokoh Aceh disetiap pidato pembukaan training Latihan Kader Dakwah (LKD). Selaku kader angkatan 27, melihat semangat Ayahanda A.Rahman Kaoy tidak diragukan lagi dan tiap kader tentu berkewajiban meneruskan cita-cita yang luhur ISKADA.

Dalam konteks post modern yang cendrung digitalisasi maka ISKADA kini termasuk generasi “Y”, dimana ciri khas generasi “Y” diantaranya tumbuh dengan gadget dan smartphone, generasi yang sangat muda mendapatkan informasi bahkan tanpa ruang dan sekat. ISKADA selaku omas Islam harus mampu melakukan transpormasi pola trainingnya sesuai dengan generasi Y, polanya tidak bisa disamakan dengan generasi “X” (generasi yang belum begitu familiar dengan alam teknologi dan digitalisasi).

Maka dari itu pola pengkaderannya pun tentu sangat berbeda. Disinilah saya menilai ISKADA harus melakukan lompatan gerakan dakwah serta meramu pola pengkaderan dan aktifitas dakwahnya wajib dikemas dengan apik dan menarik, sehingga generasi Y akan semakin mencintai ISKADA sebagai ormas Islam yang dijadikan panutan, tanpa melupakan khittah perjuangan ISKADA sebagai mana tertuang dalam AD/ART-nya.

Spirit dakwah dan gerakan dakwah sebagaimana firman Allah SWT yaitu; “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyeru (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan merekalah orang-orang beruntung.” (Q.S. Ali Imran: 104). Dalam Berdakwah ISKADA harus mampu memainkan peran strategisnya guna mewujudkan Aceh “carong dan bermartabat” sebagai bagian dari peran strategis ISKADA guna bersinergi dengan Pemerintahan Aceh dibawah Muzakir Manaf-Dekfadh agar ISKADA dijadikan mitra strategis pemerintahan Aceh 5 Tahun kedepan.

Dasar ini pula setidaknya ISKADA selaku ormas Islam harus berkaya. Saya menyebutnya ada 4 Karya ISKADA dalam Mewujudkan Aceh Islami, Maju, Bermartabat dan Berkelanjutan antara lain;
1. Karya dalam ke- Agamaan.
Religiusitas adalah tujuan utama yang menjadi dasar berdirinya ISKADA. Religiusitas atau gerakan ke Agamaan sudah menjadi identitas yang tidak terpisahkan dalam tubuh organisasi ISKADA dalam setiap jenjang baik level Dewan Pengurus Pusat (DPP), Dewan Pengurus Wilayah (DPW), Dewan Pengurus Cabang (DPC) dan Dewan Pengurus Komisariat (DPK), sebagaimana termaktub dalam AD/ART, Pasal 3 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) hasil muktamar ke-IV, 18 November 2017 di Asrama Haji, Banda Aceh yang di formulasi kembali dalam Muktamar ke-V di Markaz DPP ISKADA Aceh. Sabtu 27 Agustus 2022.

ISKADA sebagai lembaga dakwah yang konsern mencetak kader pemimpin bangsa, harus benar-benar melahirkan karya nyata untuk agama dan bangsa. Semua Kader ISKADA adalah dai/ mubaligh, yg tersebar di seluruh daerah bahkan luar negeri. Kader ISKADA bertugas mencerdaskan dan mencerahkan jutaan siwa, mahasiswa se Aceh dan rakyat Aceh. Melanjutkan dakwah kesemua lapisan masyarakat berbagai profesi.

Mulai dari dokter, politisi, pengusaha, birokrat, petani, Imam Masjid, dosen, ulama dayah, dai` (pendakwah), guru dan lain sebagainya. Kegiatan dakwah yang saling berkelanjutan ini sesuai dengan yang di contohkan Rasulullah. “Dari Abdullah ibnu Amr sesungguhnya Nabi saw. Bersabda; “Sampaikanlah olehmu apa yang kalian peroleh dariku, meskipun hanya satu ayat” (H.R. Bukhari).

Selanjutnya, Gerakan dakwah ISKADA juga di laksanakan dalam program kerja seperti Pelatihan Mubaligh, Tabligh Akbar, Kajian KeIslaman, Bakti Sosial, dan lain sebagainya.Tidak sebatas kegiatan ceremony ansih. ISKADA juga berperan aktif dalam setiap kegiatan keagamaan yang ada mulai dari tingkat Pusat, Wilayah, Cabang dan Komisariat.

Selain itu ISKADA juga telah banyak melahirkan kader-kader terbaiknya dan berprofesi di berbagai bidang antara lain; Prof. Dr. Muhammad Yasir Yusuf, MA, (Wakil Rektor UIN Ar-Raniry), Tgk. Umar Ismail, S.Ag (Penceramah Kondang), Tgk. Bahagia Hadi, MA (Guru/Penceramah Kondang), Tgk. Dr. H. Muhammad Haikal, MM (Dosen Unimal/Penceramah Kondang), Tgk. Abral Zym, S.Ag, M.H Kanmeneg Aceh Barat/Penceramah Kondang, Tgk. Dr. Mufakkir Muhammad, MA (Dosen/Penceramah Kondang), Tgk. Abdurrani, MA (Birokrat/Penceramah Kondang), Tgk. Agusri Syamsuddin, MA (Imam Masjid Uni Emirat Arab/Penceramah Kondang), Tgk.Subha M. Isa, MA (Dosen/Pendakwah), Tgk. Safwani Zainun, S.Pd.I (Pendakwah), Tgk. Sridarmawan, S.Ag (Pendakwah), Tgk. Dr. Rahamdon Tosari, M.Ed (Dosen USM/Pendakwah), Dr. Taufiq Mahmud, MA (Dosen Malikussaleh), Tgk. Nasrul Zahidy, S.Sos.I (Wakil Pimpinan Dayah Terpadu Inshafuddin/Pendakwah), Dr. Muhammad Redha Valevi, SHI, MH (Ketua Mahkamah Syar`iyah Jantho), Azwir Nazar, M.Si (Sekjen Panglima Laot Aceh/Pendiri Cahaya Aceh).

ISKADA juga melahirkan tokoh politik nasional sebut saja; M.Nasir Jamil, S.Ag, M.Si (Anggota DPRI- Partai PKS), Tokoh Nasional Dr. Ir. Tarmizi A.Karim, M.Sc (Mantan Birokrat Kementerian Dalam Negeri), penggiat sosial Edi Fadhil, SH (program ceut langeut rumah dhuafa), Rizki Sofya (Ketua PKBM Ruman Aceh), Yud Ridhayat (Pengusaha Zuper Sabun Cair), M. Taufik Abda (Aktivis Aceh), M. Taufik Al Mubarak (Penulis Buku Aceh Pungoe), Ariel Kahari (Penyiar TVRI), Dr. Muhammad Alkaf, M.Si (Dosen Unsam), Tgk Basri MY, S.Sos.I (Pendakwah), Tgk. Yusuf G.Moeda, M.Pd(Pendakwah/Dosen) Tgk. Malikussaleh, S.Sos.I (Pendakwah), Syahrati, SHI,M.Si (ASN Kanmenag Bireun/Dosen STAI Al Aziziyah, Bireun), Baihaqi, S.Si (Cabdin Subulussalam-Singkil), Dr. Aditya Candra, M.Biomed (Dosen Unmuha/Pakar Herbal), Farid Nyak Umar, ST (Pendakwah/Politisi), Firza, SH (Kuta Raja Aqiqah), Ustad Mubashirullah, Lc, MA (Pendakwah/ Tahfdiz 30 Juz), Ustad Syauqi (guru ngaji/Tilawah), Falevi Kirani, M.Si (Politisi), Hendra (Jurnalis), Jumaina, S.Pd (Guru Dayah), Khaidir (Fasil Flower Aceh), Tgk Marwidin Mustafa, S.Sos.I (Jurnalis), Tgk Nazaruddin, S.Sos (Pimpinan Dayah) Dedi Saputra, SHI (Aktivis Rehab Narkotika) serta banyak kader lainnya yang menjadi tokoh sentral di bidang pemerintahan, politik dan berbagai ketua di LSM/Aktifis gerakan sosial lainnya.

2. Karya dalam Intelektual
Tentunya pintu masuk menjadi kader ISKADA adalah lewat Training Latihan Kader Dakwah Tingkat Dasar (LKD), Tingkat Menengah (LKM) dan Tingkat Instruktur Dakwah (LAKID). Pola pengkaderan ISKADA diawal terbentuknya dikenal dua model yaitu LKD Balia dan LKD jalur umum dengan kriteria pelajar berprestasi rangking 1-5. Akan tetapi pada tahun 1998, pola pengkaderannya juga merekrut mahasiswa dan kami salah satu kader ke-27 jalur mahasiwa yang seangkatan dengan Bung Alkaf, Sofyan Hamid, alm. Sofyan Zakaria di SMP Negeri 1 Banda Aceh. Setidaknya kami rasakan betapa training ISKADA sarat dengan muatan intelektual, religius dan humoris. Pola kedua ini tentu berbeda muatan materi training ISKADA balia dan LKD yang diikuti oleh Siswa SMP/SMA. Sejatinya model kedua menjadi gudang Intelektual, sesuai dengan bakat dan profesi yang digelutinya. Pola kedua harus dimaksimalkan pengkaderan-nya
Oleh karena itu kader yang hidup di zaman “Y” dan telah menjadi kader ISKADA harus banyak bergerak di dunia literasi, diskusi, Menulis dan temukan teori baru dalam setiap gerakan dakwahnya.

Kader ISKADA harus mampu berinovasi dalam gerakan dakwahnya agar pesan-pesan dakwahnya dengan mudah diterima oleh semua golongan, termasuk unsur pemerintahan. Kembangkan potensi kader agar lebih kaya gerekan dakwahnya meliputi dakwah mimbar, dakwah menulis atau dakwah lewat jalur seni dan musik. Sanggar seni SACIA mesti dihidupkan kembali.

3. Karya dalam Kebangsaan
Berjuang di dunia kebangsaan adalah salah satu misi dari seorang kader ISKADA dalam rangka mencapai visi utama ISKADA yaitu pusat kaderisasi dan laboratorium kepemimpinan. Kader ISKADA harus kuasai bahas asing serta harus masuk kesemua lini dan berjuang di lembaga penyelenggara pemerintahan baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif. saat ini kader ISKADA telah banyak yang mengabdi di pemerintahan, TNI/POLRI, politisi, pengusaha, da`i, guru, medis, akademisi, aktivis pendidikan dan kemanusiaan. Lakon profesi tersebut harus mewarnai dalam karya kebangsaannya.

Sehingga jebolan ISKADA punya warna yang berbeza jika diberi kepercayaan memimpin diberbagai lembaga pemerintahan, kampus dan politik. Beberapa kader yang kini memimpin kementrian/antar lembaga antara lain: Tgk Abrar Zym, S.Ag, M.H (Kanmenang Aceh Barat), Dr. M. Iqbal, S.Ag, M.Ag (Biro Umum UIN Ar-Raniry), Farid Nyak Umar, ST (Mantan Ketua DPRK Banda Aceh kini menjabat Ketua Komisi IV DPRK Banda Aceh), Drs.Ubaidillah (Kadisdik Dayah Abdya), Ridwan Ibrahim,S.Ag M.Pd (Kadis Syariat Islam Banda Aceh), Tgk. Abdurrani, S.Sos, M.Si (Ka.TU UPTD LPTQ DSI Aceh)

4. Karya dalam keummatan
Lahirnya ISKADA bagian dari upaya penyelesaian problem ummat, maka dari itu sejatinya kader ISKADA harus mampu menjadi penerang ummat.

Sebagaimana firman Allah SWT dibawah ini :“Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan.” (QS. Al-Maidah: 2).
Anjuran untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan telah jelas difirmankan oleh Allah SWT. Juga dalam sebuah Hadits riwayat Ibnu Abi Addunia dan Asysyihaab:
“Pertolonganmu terhadap orang lemah adalah sadaqah yang paling afdal.”
Dalam program kerja ISKADA di cantumkan kegiatan sosial. seperti bakti sosial, ISKADA peduli ummat, santunan anak yatim dan jompo, berbagi gerakan keummatan harus didorong oleh kader-kader terbaiknya, wujudnyata dari kerja keummatan telah dilakoni dengan baik oleh Edi Fadhil, SH dengan program membangun rumah dhuafa, Azwir Nazar, M.Si dengan program belajar bahasa asing gratis, melukis, program santri tahfidz lewat lembaga yang didirikan-nya “Cahaya Aceh”.

Kegiatan ini jelas membantu meringankan beban dan tanggungjawab pemerintah Aceh dalam mewujudkan Aceh Carong dan Bermartabat. Rizki Sopya dengan program pendidikan bagi anak-anak kurang mampu lewat lembaga “Ruman Aceh”.
Syahdan, Dedi Saputra, SHI dengan program rehabilitasi bagi pencandu narkoba lewat lembaga Pintu Hijrah. Tentunya saya yakin banyak kader ISKADA lainnya yang telah memainkan peran keummatan yang barang kali belum terpantau oleh kami.

Disamping 4 karya yang saya maksudkan diatas, kiranya perlu juga di inisiasi karya lainnya yaitu kader menulis buku yang nantinya menjadi referensi Pemerintah Aceh dan Kabupeten/Kota dalam mengambil berbagai kebijakan strategis. Saya yakin dan percaya potensi kader ISKADA sangat luar biasa. Tinggal tugas kita merajut dan merangkainya dengan baik. Lantas siapa yang memulainya. Saatnyan bersatu dan bangkit!

Harapan Besar bagi Pengurus Milenial
Terpilihnya Azwir Nazar di Forum Muktamar ke-5, Sabtu, 27 Agustus 2022 membawa angin segar bagi kemajuan ISKADA Aceh kedepan. Anak ajaib yang lebih dikenal dengan Tgk. Turki ini, mampu menyatukan potensi kaum milenial dengan kaum sepuh (senior).
Kelincahannya dalam menggerakkan organisasi tak diragukan. Dinilai sukses memimpin DPW ISKADA Banda Aceh, Mantan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki, serta pendiri Cahaya Aceh ini, diyakini kepengurusan DPP ISKADA Aceh periode 2022-2026 akan semakin bersinar.

Kekuatan intelektual dan religius menyatu pada anak Lambada Lhok Aceh Besar, yang juga alumni Dayah Modern Darul `Ulum, Banda Aceh. Pasca meraih gelar Magister Komunikasi Politik, Universitas Indonesia, Azwir bermukim empat tahun di Turki, guna melanjutkan S3 bidang Kajian Politik Luar Negeri yang juga Sekjen Panglima Laoet Aceh.
Kini rumah besar ISKADA Aceh dipimpin Azwir Nazar untuk 5 Tahun kedepan (2022-2026), kabinet bersatu dan bangkit menjadi jargonnya. Krue semangat 52 Tahun ISKADA, saatnya berkarya dalam mewujudkan Visi Aceh Islami, Maju, Bermartabat dan Berkelanjutan di bawah kepemimpinan Gubernur Aceh dan Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf – Fadhullah, SE periode 2025-20230, saatnya Kader ISKADA bersatu dan bangkit. Takbir.

***Penulis adalah Magister Hukum Tata Negara USK, Mantan Sekjen DPP ISKADA Aceh, Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Banda Aceh, Fasilitator Aksi Bergizi (UNICEF-Flower Aceh), Fasilitator Dayah Ramah Anak Terintegrasi (Pro DAI) YaHijau-UNICEF, Dosen Legal Drafting FSH UIN Ar-Raniry, ICMI Kota Banda Aceh periode 2024-2029, Ketua Komite Dayah Terpadu Inshafuddin 2023-2026, JZ01CPR, Direktur Aceh Research Institute (ARI), Aktivis Lembaga Bantuan Hukum Darul Misbah, Wakil Sekretaris DPW Syarikat Islam Aceh.

(JZ01MIK)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *