Oleh: Zulkifli, S.Pd.I, M.Pd/Tgk Joel Buloh
Indonesia Investigasi
20 tahun yang lalu, sebagian bumi Aceh mengalami musibah dahsyat, yaitu tsunami.
Mayoritas daerah dekat dengan pesisir porak-poranda, jangankan makhluk hidup, bangunan-bangunan yang kokoh pun ambruk dan hancur.
Ratusan ribu jiwa melayang menghadap Sang Khaliq, hanya dengan durasi beberapa menit.
Yang masih hidup menjadi trauma dan rasa takut yang begitu dasyat, sehingga saat itu hampir dari semua mulut yang keluar adalah kalimat istighfar.
Kejadian itu telah berlalu, ya sudah 20 tahun yang lalu, anak-anak yang lahir saat tsunami dan setelah tsunami telah tumbuh menjadi remaja dan beranjak dewasa.
Fenomena yang kita lihat sekarang di dunia nyata dan maya seolah Aceh tidak pernah mendapat teguran, padahal banyak keluarga yang hilang ketika itu.
Narkoba, pelacuran, perjudian, korupsi, kolusi, nepotisme, membuka aurat, khalwat, perzinaan dan pergaulan tanpa batas sering kali dipertontonkan.
Dunia nyata dan dunia maya kadang menjadi sarang praktek kemaksiatan, harga diri sebagian orang telah hilang demi jabatan, kekuasaan dan uang.
Tsunami yang pernah menimpa bumi aulia tercinta ini kadang sudah tidak berarti dan tidak menjadi nilai nasehat sedikitpun. Kadang sedang memperingati tsunami pun berbalut maksiat dan mafia pengambil untung dari suatu perayaan.
Begitu dahsyatnya nasehat yang Allah titipkan kepada kita orang Aceh yang Allah cintai, tapi kadang menjadi pengingat dan nasehat yang gagal.
Kita bukan semakin baik dan taat setelah tsunami, tapi praktek kemaksiatan semakin merajalela, rela bertikai demi sebuah kekuasaan yang ujungnya adalah untuk kekayaan hidup.
Kalau nasehat tsunami telah gagal untuk kita, takutnya Allah akan mengirim nasehat yang lebih dasyat lagi, walau kadang itu pun tidak berarti bagi anak cucu kita kelak.
Sayangilah diri kita, keluarga kita, desa kita, kecamatan kita, kabupaten kita dan bumi Aceh tercinta ini dengan selalu bertaqwa kepada Allah dan memparktekkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan biarkan Aceh akan hancur dengan kemaksiatan.
Penulis: Guru MTsN 6 Aceh Utara dan juga Pimpinan LPI Al Alif Malikussaleh