Indonesia Investigasi
BIREUEN – Pemerintah Kabupaten Bireuen menunjukkan komitmennya dalam pengurangan risiko bencana dengan menggelar kegiatan Sosialisasi, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Daerah Rawan Bencana Tahun 2025, Kamis (7/8/2025). Kegiatan yang berlangsung di Aula Hotel Bireuen Jaya, secara resmi dibuka oleh Penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Bireuen, Hanafiah, S.P., CGCAE.
Dalam sambutannya, Pj. Sekda menyampaikan bahwa Kabupaten Bireuen merupakan salah satu daerah dengan tingkat kerawanan bencana yang cukup tinggi di Provinsi Aceh. Mulai dari banjir, tanah longsor, puting beliung, abrasi pantai, gempa bumi, hingga kebakaran lahan dan pemukiman yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Tercatat pada tahun 2024 terjadi 124 kejadian kebakaran, dan hingga 4 Agustus 2025, jumlah tersebut meningkat menjadi 128 kejadian. Ini tentu menjadi peringatan serius bagi kita semua,” tegas Hanafiah.
Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah narasumber berkompeten, termasuk perwakilan dari BMKG, yakni Ramos Lumbang Tobing, M.Si, yang turut memberikan materi tentang potensi dan karakteristik bencana berdasarkan data klimatologi dan geofisika terkini.
Pj. Sekda menekankan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari pemenuhan amanat Permendagri Nomor 101 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Sub Urusan Bencana, khususnya terkait pelayanan informasi rawan bencana melalui sosialisasi dan edukasi.
“Penanggulangan bencana tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi juga melibatkan semua unsur, mulai dari pemerintah desa, masyarakat, hingga pihak swasta. Ini adalah tugas bersama yang harus dilaksanakan secara terpadu dan sistematis,” ujar Hanafiah.
Selain itu, ia juga memaparkan bahwa Pemkab Bireuen telah mengambil langkah konkret dengan menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 34 Tahun 2024 tentang Kajian Risiko Bencana Kabupaten Bireuen 2024–2028, serta telah menyusun Rencana Penanggulangan Bencana 2025–2029 yang dalam waktu dekat akan ditetapkan.
Kegiatan sosialisasi ini mendapat perhatian serius, mengingat saat ini Bireuen sedang menghadapi musim kemarau yang panjang. Dampaknya tidak hanya pada kekeringan lahan pertanian dan kesulitan air bersih, tapi juga tingginya risiko kebakaran hutan dan lahan.
Di akhir sambutannya, Pj. Sekda mengajak seluruh peserta sosialisasi, terdiri dari para keuchik, camat, perangkat desa, dan tokoh masyarakat untuk mengikuti kegiatan ini secara serius agar mampu menjadi ujung tombak edukasi kebencanaan di gampong masing-masing.
“Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, Sosialisasi KIE Daerah Rawan Bencana Tahun 2025, dengan resmi saya nyatakan dibuka,” ucapnya disambut tepuk tangan hadirin.
Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal yang konkret dalam membangun budaya sadar bencana di tengah masyarakat Kabupaten Bireuen, serta memperkuat kesiapsiagaan daerah dalam menghadapi berbagai potensi bencana ke depan.
Teuku Fajar Al-Farisyi