JAKARTA – Kabar duka menghampiri dunia kesusastraan Indonesia dengan meninggalnya penyair dan budayawan, Prof Abdul Hadi Wiji Muthari (WM), pada pukul 03.36 WIB dini hari ini, Jumat (19/1/2024), dalam usia 77 tahun.
Jenazah almarhum disemayamkan di rumah duka, Vila Mahkota Pesona Jatiasih, Bojong Kulur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dari RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Pemakaman akan dilakukan setelah shalat Jumat pada hari ini. Universitas Paramadina Jakarta, tempat almarhum menjadi guru besar, menyampaikan belasungkawa melalui akun Instagram resmi.
“Telah berpulang ke Rahmatullah, Prof Dr Abdul Hadi WM (1946-2024) selaku guru besar dan dosen Program Studi Falsafah dan Agama Universitas Paramadina. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran serta keikhlasan,” demikian pernyataan duka Universitas Paramadina, Jumat (19/1/2024).
Abdul Hadi WM, yang lahir di Sumenep, Madura, Jawa Timur pada 24 Juni 1946, dikenal sebagai salah satu ilmuwan yang meneliti Hamzah Fansuri, sang “bapak sastra Indonesia” pada abad ke-16 M. Ia mendapatkan gelar master dan doktor filsafat dari Universitas Sains Malaysia (USM) pada 1992.
Sebagai penyair, Abdul Hadi WM telah menghasilkan sejumlah kumpulan sajak, seperti “Laut Belum Pasang” (1971), “Anak Laut Anak Angin” (1984), dan “Pembawa Matahari” (2002). Ia juga aktif sebagai editor, pengulas, dan penerjemah karya-karya sastra Islam dan dunia.
Prestasinya diakui melalui berbagai penghargaan, termasuk Hadiah Buku Puisi Terbaik dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada 1977 dan Hadiah Sastra ASEAN dari Kerajaan Thailand pada 1985. Abdul Hadi WM meninggalkan warisan besar dalam khazanah sastra Islam dan profetik di Indonesia.
(Red)
