Aceh Tamiang – Direktur Forum Peduli Rakyat Miskin (FPRM), Nasruddin minta pemerintah, khususnya pemerintah daerah agar pikirkan nasib dan hak petani non kelompok tani (Poktan) dalam hal permudah dalam bertani, Rabu (12/12/23).
Para petani aktif namun tidak tergabung dalam kelompok tani mengeluhkan modal pengolahan, pemeliharaan, hingga perawatan tanamannya, khusus sektor tanaman padi di karenakan beli bibit, pupuk, racun, pupuk cair, dan kebutuhan lainnya mahal, sehingga hasil diperoleh tidak sesuai.
“Para petani non kelompok tani itu merasa seperti anak tiri oleh pemerintah dalam memenuhi kebutuhan untuk bertani disebabkan mereka tidak mendapat akses untuk memperoleh kebutuhan pokok bertani yang bersubsidi, terutama pupuk, ini keluhan para petani kepada kami,” ujar Nasruddin.
Untuk itu, Direktur FPRM minta kepada instansi pemerintah membidangi hal tersebut agar melakukan evaluasi terhadap situasi dan kondisi terhadap sistem tata kelola dan tata laksana pendistribusian sistem tata kelola kebutuhan pertanian untuk petani.
“Kelompok-kelompok yang ada harus dilakukan Evaluasi kembali guna memperoleh data real petani sesuai spesifikasi pertanian digarapnya, tidak terkesan carut marut kepengurusan dan keanggotaannya,” jelas Direktur FPRM.
Informasi terhimpun dilapangan, lanjut Nasruddin, ada kelompok tani (Poktan) keanggotaannya masih bercampur baur antara tani padi, tani perkebunan, tani tambak, benarkah demikian?
“Benarkah informasi kami peroleh, dalam struktur Poktan masih terdapat non petani atau terdaftar sebagai anggota Poktan tetapi tidak memiliki atau menggarap sawah? ini penting untuk kita luruskan, jika terdapat kelompok tani demikian pihak terkait harus melakukan evaluasi,” harap Masruddin.
Sarmila, SE.i, salah seorang wanita tani senantiasa bersawah saat dimintai keterangannya oleh awak media ini menjelaskan, keluhan petani tidak miliki kelompok tani memang benar sangat repot dalam bertani, khususnya tani padi atau sawah.
“Saya rutin bersawah dan langsung merasakan keluhan petani padi lainnya non Poktan, khususnya di Kecamatan Seruway sangat sulit untuk mendapatkan pupuk yang paling utama selama ini, apa lagi saat pemerintah memberlakukan beli pupuk harus pakai rekening bank,” jelas Sarmila.
Katanya, ketika minta bergabung ke kelompok tani sudah ada semua mengaku kelompoknya sudah penuh, “Terpaksa jalani saja apa adanya pelan-pelan meskipun itu berat dan membingungkan bagi petani,” imbuh Sarmila.
Petani lainnya, Adi (40) asal Sungai Kuruk Seruway juga mengatakan, “Kami petani ini masyarakat awam, kami sangat berharap adanya kepedulian serius dari pemerintah dalam bertani, khususnya kami petani padi atau sawah,” ujarnya.
“Memang semua tersistem dan terstruktur sekarang ini mendapatkan kemudahan dan keringanan dalam bertani, bahkan dapat bantuan semua sudah disesuaikan perkembangan, seperti beli pupuk subsidi harus pakai rekening bank,” ungkap Adi.*
Reporter : Mahlil