Indonesia Investigasi
BIREUEN – Dunia pendidikan di Kabupaten Bireuen dikejutkan dengan temuan memprihatinkan: nasi goreng basi, nasi putih berlendir di SMP, dan udang berbelatung di SD yang dikonsumsi siswa. Insiden tersebut memicu gelombang protes dari wali murid yang mendesak sekolah untuk tidak lagi menerima suplai makanan dari vendor.
Kejadian tersebut terjadi di SD dan SMP IT Azkiya Kota Juang, Bireuen. Kamis (18/9/2025).
Beberapa siswa yang sempat memakan hidangan itu dilaporkan mengalami sakit perut dan mual. Kondisi ini membuat pihak sekolah kewalahan menghadapi komplain dari orang tua, guru, hingga aparat penegak hukum.
Kepala SMP Azkiya, Ustazah Ratna Khairani Ulfa, S.Pd, mengaku terpukul dengan insiden tersebut.
“Kami sangat berharap kualitas makanan yang dikirimkan itu baik dan layak konsumsi. Namun yang terjadi justru membuat sekolah kewalahan, karena kami yang harus menerima semua keluhan dari wali murid maupun pihak luar,” ujarnya.
Situasi semakin serius ketika Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bireuen, H. Munawal Hadi, turun langsung melakukan inspeksi mendadak ke dapur milik vendor MBG di kawasan Kota Juang. Beliau juga datang ke sekolah untuk melihat langsung. Kedatangannya menjadi sorotan publik, mengingat kasus ini menyangkut keselamatan ribuan siswa penerima layanan katering.
Perwakilan pengelola yayasan Lajuna Meuseuraya, Darwati, yang menaungi vendor MBG, mengaku terkejut dengan viralnya keluhan orang tua dan video kondisi makanan tersebut.
“Kami mohon maaf atas kejadian ini. setiap harinya kami menyiapkan sekitar 2.600 kotak makanan untuk siswa dari SD hingga SMA. Prosesnya sesuai SOP. Dari sekolah lain tidak ada komplain, hanya dari satu sekolah saja. Jadi suapaya jangan ada kisruh lain di kemudian hari, lebih baik datang langsung melihat proses di dapur MBG,” jelas Darwati.
Meski begitu, desakan dari wali murid tetap menguat agar pihak sekolah segera menghentikan kontrak dengan vendor sampai ada jaminan kualitas.
Kasus ini pun mengundang perhatian luas masyarakat, bahkan menjadi perbincangan di media sosial. Banyak pihak menilai perlu adanya pengawasan ketat dari sekolah dan dinas terkait agar program makan bergizi untuk siswa tidak justru membahayakan kesehatan mereka.
Teuku Fajar Al-Farisyi