Menghormati Sesama: Pentingnya Menjaga Lisan dalam Kehidupan Sehari-hari

(Penulis: Muhammad Ramadhanur Halim, S.HI,)

Indonesia Investigasi 

Dalam kehidupan sehari-hari, menjaga lisan adalah salah satu aspek penting yang sering kali diabaikan. Seperti kata pepatah “mulutmu harimaumu” mengingatkan kita bahwa ucapan yang tidak dijaga dapat membawa dampak negatif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Meskipun pepatah ini bukan berasal dari hadis Rasulullah SAW, konsepnya sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya berkata baik atau diam.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa menjaga lisan adalah bagian dari iman. Ucapan yang baik dapat membangun hubungan yang harmonis, sementara ucapan yang buruk dapat merusak hubungan dan menimbulkan permusuhan.

Bacaan Lainnya

Mengolok-olok orang lain, terutama oleh seorang alim atau guru, sangat tidak pantas dan bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Ulama dan guru memiliki peran penting sebagai teladan dan pendidik. Ketika mereka mengolok orang lain, mereka tidak hanya merusak kehormatan diri mereka sendiri, tetapi juga mengikis kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat. Sebagai pemimpin, mereka seharusnya menunjukkan sikap yang penuh kasih sayang dan membantu orang lain memperbaiki kesalahan dengan cara-cara yang bijaksana.

Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11
Surat Al-Hujurat ayat 11 berbunyi:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.”

Ayat di atas mengajarkan kita untuk tidak mengolok-olok atau merendahkan orang lain, karena bisa jadi orang yang diolok-olok lebih baik di sisi Allah SWT daripada yang mengolok-olok. Tafsir dari ayat ini menekankan pentingnya menjaga lisan dan tidak mencela atau memanggil orang lain dengan julukan yang buruk. Allah SWT memperingatkan bahwa seburuk-buruk panggilan adalah panggilan fasik setelah beriman, dan siapa yang tidak bertobat dari perbuatan ini, maka dia atau mereka adalah orang-orang yang zalim. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan saling menghormati, sesuai dengan nilai-nilai Islam yang mulia.

Membangun Lingkungan yang Positif dan Mendukung untuk menciptakan lingkungan yang positif, kita perlu memulai dari diri sendiri. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga ucapan dan tindakan mereka. Dengan menunjukkan sikap yang baik dan penuh kasih sayang, kita dapat menjadi teladan bagi orang lain. Ini terutama penting bagi mereka yang memiliki peran sebagai pemimpin, seperti ulama, guru, dan orang tua. Mereka harus menjadi contoh dalam menjaga lisan dan memperlakukan orang lain dengan hormat.

Selain itu, pendidikan tentang pentingnya menjaga lisan harus dimulai sejak dini. Anak-anak perlu diajarkan nilai-nilai positif seperti saling menghormati, empati, dan pentingnya berkata baik. Sekolah dan keluarga memainkan peran penting dalam membentuk karakter anak-anak. Dengan pendidikan yang baik, kita dapat membangun generasi yang lebih sadar akan pentingnya menjaga lisan dan menciptakan lingkungan yang harmonis.

Terakhir, kita harus berani mengambil tindakan ketika melihat perilaku yang tidak pantas, seperti mengolok-olok orang lain. Ini bisa dilakukan dengan cara yang bijaksana dan penuh hormat. Menegur dengan lembut, memberikan dukungan kepada korban, dan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang adalah langkah-langkah yang dapat membantu mengatasi masalah ini. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih saling menghormati.

Dengan menjaga lisan dan menunjukkan sikap yang baik, kita tidak hanya memperbaiki hubungan antarindividu, tetapi juga berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih harmonis dan penuh kasih sayang. Mari kita semua berusaha untuk berkata baik atau diam, demi kebaikan bersama.

Dahrul

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *