Indonesia Investigasi
ACEH UTARA – Walau sempat diguyur hujan diperjalanan, semangat belajar mewarnai kunjungan puluhan siswa dan siswi MIN 27 Aceh Utara ke Museum Islam Samudra Pasai, yang terletak di gampong Beuringen kecamatan Samudera kabupaten Aceh Utara, Kamis (16/10/2025).
Dengan wajah penuh rasa ingin tahu, para pelajar itu menyusuri dan mencatat setiap keterangan di ruang pameran, menyentuh jejak sejarah kejayaan keaultanan Islam pertama di Asia Tenggara.
Kegiatan “Belajar Bersama di Museum”, sebuah program pembelajaran luar kelas yang difasilitasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Utara, yang untuk tahun 2025 ini hanya 30 sekolah pilihan yang berkesempatan bergabung.
Kegiatan ini bertujuan menanamkan kecintaan terhadap sejarah Islam dan memperkenalkan warisan kejayaan Kerajaan Samudra Pasai sebagai kesultanan Islam pertama di Asia Tenggara.
Kurator Museum Islam Samudra Pasai, Sukarna Putra, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar kunjungan, tetapi bentuk pembelajaran aktif agar generasi muda mengenal dan mencintai sejarah bangsanya.
“Museum bukan hanya tempat menyimpan benda lama, tapi ruang belajar yang menghidupkan kembali nilai-nilai peradaban. Anak-anak hari ini harus tahu bahwa Samudra Pasai adalah cahaya Islam pertama di Asia Tenggara,” ungkapnya penuh semangat.
Di bawah bimbingan kurator museum, mereka mendengarkan dengan seksama penjelasan dari kurator Museum Islam Samudra Pasai, Sukarna Putra, tentang sosok Sultan Malik al-Saleh, pendiri Kesultanan Samudra Pasai yang menjadi tonggak awal penyebaran Islam di Asia Tenggara.
“Anak-anak tampak sangat antusias. Mereka tidak hanya melihat artefak, tapi juga memahami bahwa sejarah ini adalah bagian dari jati diri mereka sebagai generasi Aceh,” ujar Sukarna penuh haru.
Para siswa juga diajak menyaksikan peninggalan seperti naskah kuno, batu nisan bertulis kaligrafi Arab, dan replika pelabuhan dagang masa silam yang menggambarkan betapa majunya Samudra Pasai sebagai pusat peradaban Islam dan perdagangan dunia pada abad ke-13.
Nurhalimah,S.Pd, salah seorang guru MIN 27 Aceh Utara yang mendampingi rombongan, mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran luar kelas untuk menumbuhkan kecintaan terhadap sejarah dan warisan Islam.
“Kami ingin anak-anak belajar tidak hanya dari buku, tapi juga dari tempat yang menyimpan napas sejarah. Di sini mereka bisa merasakan langsung kebesaran masa lalu umat Islam di Aceh,” tuturnya dengan mata berkaca.
Di akhir kunjungan, para siswa diminta memaparkan kesan mereka selama berkunjung. Banyak di antara mereka mengatakan,
“Saya bangga menjadi anak Aceh, tanah tempat Islam pertama kali bersinar.”
Abel Pasai