Indonesia Investigasi
LHOKSEUMAWE | Indonesia Investigasi. Com – Beredar berbagai isu larangan atau hak kebebasan pers menjadi sorotan tajam beberapa pekan ini.
Faisal , Ketua DPRK Kota Lhokseumawe di hadapan insan pers yang berkunjung ke ruang Kerja nya, pada Kamis ( 18/9/2025 ) menyebut kan saya dukung penuh kebebasan pers.
Termasuk mengecam keras segala bentuk kekerasan terhadap insan pers, juga melarang insan pers dalam bertugas.
Faisal, merupakan Politisi Partai Aceh ini mengurai
Lhokseumawe, sebagai salah satu kota penting di Aceh, memiliki dinamika tersendiri dalam hal kebebasan pers. Kebebasan pers adalah pilar penting dalam demokrasi, yang memungkinkan informasi mengalir secara bebas dan masyarakat dapat memperoleh informasi yang akurat dan berimbang.
Secara umum, kebebasan pers di Lhokseumawe mengalami perkembangan positif pasca-konflik Aceh. Media lokal semakin beragam, baik cetak, daring, maupun radio. Wartawan dapat lebih leluasa meliput berbagai isu, mulai dari politik, ekonomi, sosial, hingga budaya.Namun, kebebasan ini juga dihadapkan pada sejumlah tantangan.
Meskipun tidak sering terjadi, ancaman kekerasan terhadap wartawan masih menjadi perhatian. Beberapa wartawan pernah mengalami intimidasi atau ancaman fisik karena pemberitaan mereka.
Regulasi yang Membatasi Beberapa regulasi, baik di tingkat pusat maupun daerah, dinilai dapat membatasi kebebasan pers. Misalnya, Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sering digunakan untuk menjerat wartawan atau aktivis yang dianggap menyebarkan berita bohong atau ujaran kebencian.
Peran Media dalam Pembangunan Lhokseumawe
Di tengah tantangan tersebut, media di Lhokseumawe memiliki peran penting dalam pembangunan daerah. Media dapat menjadi Penyambung Aspirasi Masyarakat , Media juga dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan keluhan mereka kepada pemerintah daerah.
Harapan terakhir perlindungan terhadap Wartawan , Pemerintah dan aparat penegak hukum harus memberikan perlindungan kepada wartawan dari segala bentuk ancaman dan kekerasan.
(Fauzan pewarta)