Ketika Panti Pijat Jadi Tempat Prostitusi Bagi si Hidung Belang di Jambi

Indonesiainvestigasi.com

Jambi – Penutupan dua lokalisasi prostitusi di Kota Jambi dan pemulangan ratusan pekerja seks komersial (PSK) ke daerah Jawa beberapa tahun lalu, ternyata belum mampu menghentikan praktik prostitusi di Kota Jambi.

Praktik prostitusi di kota itu hingga kini masih terus terjadi. Praktik prostitusi tersebut dilakukan secara terselubung di hotel-hotel melati hingga salon dan panti pijat.

Penutupan aktifitas Pekarja Seks Komersial (PSK) di lokalisasi terletak di RT 04 dan RT 05, Payosigadung , Kelurahan Rawasari, Kecamatan Alambarajo dan Langit Biru di Jambi Timur bisa dikatakan berhasil tanpa adanya konflik anarkis. Namun demikian, para PSK eks Payo Sigadung dan Langit Biru menjadi incaran empuk para mucikari untuk disalurkan ke koskosan, panti pijat, cafe, karaoke dan juga salon-salon di Kota Jambi.

Bacaan Lainnya

Dari penelusuran menunjukkan, PSK kini justru mengincar panti pijat, salon, cafe dan karaoke sebagai tempat “menjual diri”. Sejumlah Panti Pijat dan Salon Karaoke di Kota Jambi justru menampung PSK eksodus Payo Sigadung secara terselubung lewat agen mucikari.

Eksodusnya PSK Payo Sigadung dan langit Biru ke sejumlah panti pijat, salon karaoke berlangsung dengan rapih. Bahkan mucikari menjamin penempatan PSK eks Payo Sigadung dan Langit Biru diterima dengan baik oleh sejumlah pengelola panti pijat dan salon karaoke di Kota Jambi.

Bahkan pengusaha panti pijat dan salon karaoke tak segan-segan menampung PSK eks Payo Sigadung dan Langit Biru karena dinilai lebih mengenal Kota Jambi dan sudah berpengalaman menerima tamu.

“Eks PSK Payo Sigadung dan Langit Biru banyak yang menapung di Kota Jambi. Mereka sudah pengalaman dan siap kerja,” ujar seorang pengusaha panti pijat di Kota Jambi yang meminta indentitasnya dirahasiakan.

Menurut pengusaha ini, Pemerintah Kota Jambi hanya berhasil menutup lokasinya, namun bukan pelaku PSKnya. Justru PSK eks Payo Sigadung ini menjadi incaran pengusaha panti pijat dan salon karaoke di Kota Jambi karena bayarannya minim dan sudah berpengalaman melayani tamu.

SR, warga Kelurahan Rawasari, mengatakan, eks PSK Payosigadung ini akan berupaya mencari nafkah dengan berpindah tempat kerja ke panti pijat, salon, karaoke dan hotel-hotel melati di Kota Jambi.

Yanty (26) seorang eks PSK Payo Sigadung mengaku tak pulang ke Jawa Barat. Dia mengaku sudah lama di Jambi dan tetap berdomisili di Kota Jambi dengan menjaci tempat kerja baru seperti panti pijat atau salon karaoke.

Bisnis panti pijat tradisional misalnya. Sebulan, pengusaha bisnis ini bisa meraup untung berkisar Rp 30 juta. Salah satunya panti pijat tradisonal di kawasan Simpang Gado-gado, Payoselincah, Jambi Timur, menawarkan pijat plus.

Seorang pemijat, Novy (23) bukan nama sebenarnya kepada Sorot Jambimengatakan, bahwa bisnis panti pijat cukup menggiurkan di Jambi. Dia mengaku, dalam satu bulan bisa memperoleh pendapatan berkisar Rp 10 juta.

“Dalam sehari bisa sampai dapat tamu 10 orang. Tapi kalau lagi sepi, hanya satu hingga tiga tamu. Tiap tamu, dikenai biaya kamar dan tips untuk pemijat. Biaya kamar Rp 100 ribu per jam, belum termasuk minuman. Jika ditambah minuman, rata-rata Rp 150 ribu yang harus dikeluarkan seorang tamu satu memijat ditempat itu,”katanya.

Disebutkan, tamu juga sering memberi tips kepada pemijat, jika ada plusnya. Besarnya bervariasi dari Rp 100 ribu hingga Rp 700 ribu dari seorang tamu. Cuma, termasuk “jasa plus” yang telah diberikan kepada sang tamu,”ucapnya.

EF (37), seorang pengelola panti pijat tradisional kawasan Simpang Gado-gado Payoselincah, mengaku usaha itu sudah lama digelutinya. Keuntungannya lumayan. Namun, Tidak Menjanjikan
Bagi kalian yg Ingin Mendapatkan berita lebih Terkini terkeren Terupdate Bisa hubung reported (((Ardiyansyah)))

Pos terkait