Kebun Raya Liwa Sepi Pengunjung di Libur Akhir Tahun, Ikon Wisata Perkotaan Lampung Barat Perlu Terobsan Baru

filter: 0; fileterIntensity: 0.0; filterMask: 0; captureOrientation: 0; brp_mask:0; brp_del_th:null; brp_del_sen:null; delta:null; module: photo;hw-remosaic: false;touch: (-1.0, -1.0);sceneMode: 8;cct_value: 0;AI_Scene: (-1, -1);aec_lux: 0.0;aec_lux_index: 0;albedo: ;confidence: ;motionLevel: -1;weatherinfo: null;temperature: 35;

Indonesia Investigasi, Lampung Barat, Lampung – Kebun Raya Liwa Sepi Kunjungan di Libur Akhir Tahun Ikon Wisata Perkotaan Lampung Barat Perlu Terobsan Baru

Kebun Raya Liwa (KRL), destinasi wisata alam yang menjadi kebanggaan Kabupaten Lampung Barat, menghadapi tantangan serius. Di tengah euforia libur akhir tahun 2024, yang biasanya menjadi tujuan wisata baik dari dalam daerah mapun dari luar daerah.

Area KRL yang biasanya ramai dipenuhi wisatawan kini tampak lengang, menunjukkan bahwa daya tarik ikon wisata ini mulai memudar. Situasi ini menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kabupaten Lampung Barat untuk kembali meningkatkan pesona Kebun Raya Liwa sebagai destinasi unggulan di tengah maraknya tempat-tempat wisata milik perorangan.
Kebun Raya Liwa (KRL), salah satu ikon wisata Andalan di Kabupaten Lampung Barat, menghadapi situasi yang memerlukan perhatian serius. Banyak pengunjung yang sebelumnya setia berlibur ke KRL kini memilih destinasi lain yang menawarkan pengalaman lebih segar dan menarik. Kondisi ini menunjukkan bahwa KRL membutuhkan inovasi baru untuk kembali menarik minat wisatawan.
Berdasarkan data, jumlah pengunjung pada 1 Januari 2024 tercatat sebanyak 1.463 orang. Namun, pada periode yang sama tahun 2025, angka tersebut menurun drastis menjadi hanya 743 orang. Penurunan ini mencapai lebih dari 50 persen dan menjadi sinyal perlunya strategi pengembangan yang lebih efisien

Kepala UPT Kebun Raya Liwa, Khoirul Ummur, mengonfirmasi bahwa tren penurunan ini memang terlihat pada hari puncak liburan akhir tahun. “Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, memang terjadi penurunan jumlah pengunjung di hari puncak. “Jelasnya.

Situasi ini menjadi tantangan besar bagi pengelola untuk menghadirkan inovasi yang mampu mengembalikan daya tarik KRL sebagai tujuan wisata

Bacaan Lainnya

Khoirul Ummur berharap adanya terobosan baru dan menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat para pengunjung, sehingga di harapkan jumlah pengujung dari tahun ketahunnya terus meningkat.

Dijumpai awak media ini salah satu pengunjung yang berasal dari Kabupaten way kanan, mengatakan “letak wisata KRL ini sangat strategia berada di tengah perkotaan liwa, selain udaranya sejuk panoramanya indah, selain sebagai pusat konservasi tanaman juga tempat wisata edukatif, tapi sayangnya pengelolaanya kurang maksimal dan perlu terobosan baru dan ide-ide yang lebih inovatif, agar dapat bersaing dengan wisata lainnya,” Ucapnya.

“dirinya mengaku ini yang kedua kalinya datang ke Kebun Raya Liwa (KRL) pertama Tahun Baru 2024 dan sekarang ini tahun baru 2025 kesejukannya membuat nyaman,tetapi tidak ada yang berubah justru cat gedung juga terlihat kusam dan tidak enak di pandang,”Tambanya.

Ditempat yang sama pengunjung yang berada di luar pagar KRL, Bapak Didik dari Kabupaten OKU Timur mengaku baru pertama kalinya berkunjung ke KRL, untuk memdapat pengalaman berbeda namun dirinya mengatakan “kurangnya perawatan KRL membuat dirinya engan untuk masuk dan melihat lebih jauh kedalam.

“Iya saya baru pertamakali ini tetapi melihat dari sini seperti tidak terawat ada tanah longsor dan nampak kusam cat gedung jadi saya tidak tertarik, biasanya yang namanya tempat wisata itu, terdapat warna warna cerah sehingga pengunjung tertarik” Katanya.

Kondisi Kebun Raya Liwa (KRL) saat ini seharusnya menjadi peringatan bagi pemerintah daerah. Dengan anggaran besar yang setiap tahun digelontorkan untuk sektor pariwisata, mengapa KRL masih kesulitan bersaing dan tampak tertinggal? Apakah kebijakan pariwisata hanya sekadar teori tanpa implementasi nyata di lapangan?

Kabupaten Lampung Barat memiliki segalanya: keindahan alam yang luar biasa, warisan budaya yang kaya, serta masyarakat yang mendukung. Namun, semua potensi ini akan sia-sia jika tidak diimbangi dengan langkah konkret dari para pemangku kebijakan.

Penurunan drastis jumlah pengunjung di KRL bukan hanya tanggung jawab pengelola, tetapi juga menunjukkan kurangnya perhatian dan strategi yang tepat dari pihak berwenang. Jika pemerintah daerah tidak segera bertindak, masa depan KRL bisa terancam, dan perlahan-lahan ikon ini hanya akan menjadi bagian dari cerita masa lalu.

Sudah saatnya pemerintah daerah memberikan perhatian penuh pada KRL. Langkah nyata harus segera diambil untuk membangkitkan kembali daya tariknya. Jangan biarkan potensi besar ini hilang begitu saja. Jika tindakan tidak dimulai sekarang, kapan lagi? Jangan sampai masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap pemimpinnya, dan jangan biarkan Kebun Raya Liwa tenggelam dalam kenangan yang perlahan memudar. (Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *