Kampong Suka Makmur di Ujung Tanduk: Saatnya Tata Kelola Dana Desa Kembali ke Jalurnya

Indonesiainvestigasi.com

SUBULUSSALAM – Angin perubahan yang seharusnya membawa kesejahteraan bagi masyarakat Kampong Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, justru berhembus dalam bentuk kekecewaan. Di balik laporan realisasi Dana Desa yang terlihat “sesuai”, terselip kenyataan pahit yang kini mulai terkuak: kualitas pembangunan buruk, volume pekerjaan diragukan, dan kepercayaan masyarakat perlahan runtuh.(17/6).

Bacaan Lainnya

‎Dugaan kuat penyimpangan dalam pelaksanaan proyek Dana Desa mencuat lewat dua proyek penting: pembangunan Taman Bacaan Al-Quran (TPA) senilai Rp. 53 juta dan jembatan mini di Dusun Surau yang menghabiskan anggaran Rp173,9 juta. Keduanya kini menjadi simbol dari pembangunan yang diduga tidak mengikuti petunjuk teknis yang berlaku.

‎Bangunan Retak, Harapan Retak

‎TPA yang seharusnya menjadi tempat belajar anak-anak kampong mengenal huruf-huruf suci Alquran, kini justru menjadi gambaran rusaknya tata kelola. Warga mendapati seng bekas digunakan sebagai material utama. Tak sampai enam bulan setelah selesai, lantai dan dinding bangunan mulai mengalami keretakan serius.

‎”Bangunan boleh berdiri, tapi jika kualitasnya seperti ini, itu sama saja membangun kekecewaan. Anak-anak butuh tempat belajar, bukan bangunan rapuh,” kata salah seorang warga.

‎Kondisi jembatan mini di Dusun Surau tak kalah mengkhawatirkan. Proyek yang ditujukan untuk membuka akses ekonomi antar dusun ini justru memunculkan tanya besar di masyarakat soal nilai dan kualitas pekerjaan. Material tak sesuai standar dan dugaan pengurangan volume menjadi perhatian utama.

‎Jeritan Warga: “Kami Tak Butuh Laporan Mulus, Kami Butuh Hasil Nyata”

‎Suara masyarakat semakin lantang. Mereka meminta audit terbuka dan penyelidikan menyeluruh terhadap kinerja Tim Pengelola Kegiatan (TPK). Transparansi menjadi tuntutan utama. Bagi mereka, Dana Desa bukan sekadar angka di laporan APBDes, melainkan harapan akan perubahan nyata di kampung halaman.

‎“Kalau semua dikerjakan asal-asalan, lalu untuk apa Dana Desa itu diturunkan setiap tahun? Ini harus dihentikan sebelum jadi budaya,” ujar salah satu tokoh pemuda desa.

‎Menuju Masa Depan Desa yang Bertanggung Jawab

‎Kasus Kampong Suka Makmur adalah cermin bagi banyak desa lainnya. Ia memperlihatkan bahwa tanpa integritas dalam pelaksanaan, Dana Desa bisa berubah menjadi jebakan diam-diam yang membunuh masa depan desa dari dalam.

‎Kini, seluruh mata tertuju pada Pemerintah Kota Subulussalam dan Inspektorat: Apakah mereka akan bersikap tegas? Ataukah membiarkan kepercayaan publik semakin tergerus?

‎Kampong Suka Makmur berada di persimpangan sejarah. Satu langkah berani dalam penegakan aturan dan pengawasan bisa mengubah segalanya. Karena membangun desa bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga soal membangun nilai—tentang kejujuran, tanggung jawab, dan masa depan yang layak.

‎Hingga berita ini di terbitkan,belum ada konfirmasi kepada kepala desa suka makmur

‎Jusmadi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *