Indonesia Investigasi
Bandung – Aneh-aneh saja Bupati Indramayu bernama Nina Agustina ini (nomor urut 3). Ia sedang mencalonkan diri lagi untuk periode kedua, lalu dalam perjalanan kampanyenya ia melintas di wilayah pendukung saingannya, Lucky Hakim, yang punya nomor urut 2. Lha, singkat cerita para pendukung Lucky Hakim otomatis mengacungkan dua jari, lalu Nina rupanya sewot dan menghentikan iring-iringan mobilnya kamudian turun dan marah-marah ke masyarakat di situ.
Sebuah preseden buruk. Di era gawai-pintar (smart-phone) seperti sekarang ini, peristiwa memalukan itu pun terekam jelas. Citizen-journalism yang meliput insiden itu dimuat lewat berbagai kanal YouTube dan beredar luas di berbagai media sosial (facebook, x, tiktok, dan sebagainya). Silahkan berselancar, tak susah mencari link-nya.
Nina berupaya membungkus perilakunya yang sangat memalukan itu dengan balik menuduh bahwa rombongan mobilnyalah yang dihadang atau dicegat, dan kabarnya mau melaporkan segala. Ia mau memposisikan dirinya sebagai korban yang terzolimi. Terzolimi kok oleh rakyat miskin? Ada-ada saja!
Sayang sekali, rekaman yang ada terlalu jelas menggambarkan bahwa iring-iringan mobil Nina yang berhenti dan ngomel-ngomel ke rakyat Indramayu. Waduh, ini sebuah kesalahan kampanye yang sangat buruk untuk kubu Nina. Dan sebaliknya, peristiwa itu bisa menjadi titik balik bagi Lucky Hakim yang memanfaatkan momen itu untuk menarik simpati dari publik Indramayu.
Sebagai catatan pelengkap, perlu pula dilihat parpol pengusung ketiga paslon di Kabupaten Indramayu dan perkembangan politik disana.
Di DPRD Kabupaten Indramayu ada 50 kursi yang diisi 9 partai politik, yaitu: Golkar 22 kursi, PDI Perjuangan 7 kursi, PKB 7 Kursi, Gerindra 6 kursi, Demokrat 3 kursi, PKS 2 kursi, dan Nasdem, Hanura dan Perindo masing-masing 1 kursi.
Paslon nomor urut 1 adalah Bambang Hermanto dan Kasan Basari, mereka diusung oleh partai Golkar dan Gerindra, dengan total 28 kursi di parlemen. Paslon nomor urut 2 adalah Lucky Hakim dan Syaefudin, mereka diusung partai PKS, Nasdem dan Hanura, total 4 kursi di parlemen. Paslon nomor urut 3 adalah Nina Agustina dan Tobroni, mereka diusung oleh PDI Perjuangan, PKB, Demokrat dan Perindo, total 18 kursi di parlemen.
Untuk bisa maju sebagai paslon tidak perlu lagi mesti diusung minimal 20 persen atau 10 kursi parlemen, jadi walau diusung cuma dengan 4 kursi parlemen, Lucky Hakim dan Syaefudin akhirnya bisa maju sebagai paslon penantang petahana. Lucky Hakim ini dulunya adalah mantan wakil bupati dari Nina Agustina, kemudian di tengah perjalanan ia mengundurkan diri katanya lantaran tak diberi peran apapun.
Tapi rupanya popularitas Lucky Hakim ini cukup moncer di Indramayu. Dari pemberitaan di laman Pikiran Rakyat per tanggal 24 Oktober 2024 kemarin ada dikabarkan hasil survey elektabilitas ketiga paslon yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) di Pilkada Indramayu 2024. Hasilnya?
Berdasarkan data yang dipublikasikan, pasangan nomor urut 2, Lucky Hakim-Syaefuddin, meraih keunggulan dengan 55,09 persen. Lalu diikuti oleh pasangan nomor urut 3, Nina Agustina-Tobroni dengan 25,26 persen. Dan pasangan nomor urut 1, Bambang Hermanto-Kasan Basari yang hanya memperoleh 9,87 persen. Sedangkan pemilih di Indramayu yang belum menentukan pilihan sebesar 9,40 persen.
Memang katanya ada yang pro dan kontra terkait soal keabsahan dari survei ini. Sebagian orang ada yang meragukannya, tapi sebagian lainnya menyambutnya dengan mengambil langkah antisipatif. Hasil survey ini dianggapnya sebagai alat periksa kesehatan, apa saja yang mesti diperbaiki. Masih ada waktu menuju tanggal final di Pilkada Serentak 27 November 2024 nanti.
Hasil survey ini yang dirilis sekitar seminggu sebelum insiden marah-marahnya Nina ini diduga jadi salah satu penyebab. Hasil survey seperti ini tentu saja membuat panas-dingin paslon Nina-Tobroni. Diduga jadi gampang marah atau agak sensi. Betapa tidak, beliau adalah petahana, anak mantan kapolri Da’i Bachtiar pula, dan kabarnya status Nina sebagai salah satu bupati terkaya di Jawa Barat.
Dalam LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara) tercatat per Desember 2023, harta kekayaan Nina mencapai Rp 34.691.453.007,- Tiga puluh empat miliar lebih! Terdiri dari berbagai 25 bidang tanah dan bangunan yang tersebar di Kota Bogor dan Kota Depok, Jawa Barat serta Kota Surabaya, Jawa Timur dengan total aset mencapai Rp 31.875.063.920.
Nina juga memiliki harta bergerak lainnya sebesar Rp 4.591.100.000,- Ada juga surat berharga senilai Rp 1.200.000.000,- Serta kas dan setara kas senilai Rp 274.662.786,- Namun anehnya Nina tidak melaporkan harta kekayaan berupa kendaraan, baik motor atau mobil, dalam LHKPN-nya.
Ironisnya, walau dipimpin oleh salah satu bupati terkaya, Indramayu masih didaulat sebagai kabupaten termiskin di Jawa Barat. Dari laporan BPS di tahun 2023, Kabupaten Indramayu tercatat sebagai wilayah dengan persentase penduduk termiskin tertinggi, ada 12,13 persen penduduk miskin di kabupaten ini. Jumlah penduduknya dari hasil sensus tahun 2022 tercatat ada 1.871.832 orang.
Urutan kedua termiskin adalah Kabupaten Kuningan dengan 12,12 persen jumlah penduduk miskin. Di peringkat ketiga ada Kota Tasikmalaya. Kota Tasik, begitu biasa disebut, mencatat ada 11,53 persen penduduk miskin. Keempat termiskin adalah Kabupaten Majalengka. Wilayah yang dijuluki ‘Kota Angin’ tersebut memiliki 11,21 persen penduduk miskin.
Urutan kelima adalah Kabupaten Cirebon dengan 11,20 persen. Urutan keenam adalah Kabupaten Bandung Barat yang tercatat memiliki 10,52 persen penduduk miskin. Ketujuh adalah Kota Tasikmalaya yang mencatat ada 10,28 persen penduduk miskin di wilayahnya. Dan kedelapan adalah Kabupaten Cianjur yang sering disebut juga Kota Santri, tercatat memiliki 10,22 persen penduduk miskin.
Anggaran atau APBD Kabupaten Indramayu per tahun 2024 sebesar Rp 3,8 triliun. Realisasi pendapatan daerah (dari data Sistem Informasi Keuangan Daerah per tanggl 8 November 2024) tercatat Rp 2,94 triliun.
Begitu gambaran sekilas peta politik dan ekonomi di Indramayu. Semoga masyarakat di sana bisa memilih pemimpin yang terbaik, dalam suasana yang rukun. Dan insiden yang memalukan ini tidak terulang. (FL/TIM Jakarta)
Oleh :
*Andre Vincent Wenas*,MM,MBA., pemerhati masalah-masalah ekonomi dan politik.