ESENSI BULAN RAMADHAN (BULAN TARBIYAH)

Firnanda, S.Pd., M.Pd. ( Pengurus PERGUNU ACEH)

Indonesia Investigasi 

 

Umat Islam di seluruh dunia setiap tahunnya menantikan datangnya bulan suci Ramadhan. Keutamaan bulan Ramadhan sangatlah besar, karena bulan Ramadhan dipenuhi dengan rahmat, ampunan, keberkahan dan kemenangan dari Allah SWT. Dalam bulan Ramadhan, umat Islam diwajibkan berpuasa sebulan penuh, bukan sekedar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa serta segala hal yang mengurangi pahala puasa.

 

Bacaan Lainnya

Selain itu, ibadah dalam bulan Ramadhan justru memiliki keunggulan yang lebih tinggi berbanding bulan lainnya, dimana setiap ibadah yang dilakukan dalam bulan Ramadhan akan diberikan pahala yang berlipat ganda. Allah SWT membuka pintu surga selebar-lebarnya dan menutup pintu neraka serapat-rapatnya. Agar Hamba-Nya dapat mengumpulkan amal ibadah sebanyak-banyaknya dan menjadi momen tarbiyah untuk diri.

 

Bulan Ramadhan adalah bulan tarbiyah,

karena dalam bulan Ramadhan kita dididik untuk mengendalikan hawa nafsu, serta melatih diri kita lebih berfokus pada penyucian jiwa (tazkiah al-nafs) dan pendekatan diri kepada yang Maha Kuasa. Bulan Ramadhan juga mengajarkan umat Islam untuk meningkatkan kedisiplinan, kepedulian sosial serta saling bantu membantu antara satu dengan yang lainnya.

 

Oleh karena itu, jika umat Islam benar-benar memahami keutamaan bulan Ramadhan, tentunya umat Islam akan lebih maksimal dalam menjalankan ibadah demi mendekatkan diri kepada Rabbnya. Momen Ramadhan menjadi neraca untuk menimbang dan menilai sekuat apa ketaqwaan seseorang kepada penciptanya dan sekuat apa semangatnya dalam melawan hawa nafsu.

 

Ramadhan adalah madrasah kehidupan yang mengajarkan kita untuk tidak menjadikan hak Allah sebagai hak kita. Ketika hidangan lezat terhampar di depan mata sebelum berbuka, kita menahan diri, karena kita tahu bahwa itu adalah milik Allah, bukan hak kita sampai waktu yang telah ditentukan. Dalam momen ini, kita belajar untuk merendahkan hati, menyadari bahwa segala yang ada di dunia ini adalah amanah dari-Nya. Betapa agungnya ajaran ini, yang mengajarkan kita untuk tidak pernah merasa memiliki atau berhak atas apa pun, melainkan itu telah ditetapkan sebagai hak kita.

 

Demikian pula dalam setiap langkah kehidupan, Ramadhan juga mengingatkan kita untuk tidak menjadikan hak orang lain sebagai hak kita. Bagi mereka yang diberi amanah, baik dalam pemerintahan, bisnis, ataupun dalam kehidupan sehari-hari, Ramadhan adalah saat untuk merenung. Ini adalah waktu untuk menilai kembali apakah kita telah menunaikan amanah dengan adil dan bijaksana, ataukah justru tergoda untuk meraih keuntungan pribadi dari hak yang bukan milik kita.

 

Ketahuilah, kekuasaan dan harta yang kita miliki hanyalah titipan, dan Ramadhan mengingatkan kita untuk tidak menggunakannya demi kepentingan pribadi yang semu. Betapa indahnya jika para pemimpin dan pengusaha mencontohkan kebijaksanaan ini, menahan diri untuk tidak menjadikan hak orang lain sebagai hak mereka, dan selalu ingat bahwa amanah adalah tanggung jawab yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

 

Penting untuk diingat, bahwa Ramadhan adalah cermin yang memantulkan hakikat diri kita di hadapan Allah. Ketika gema takbir menyambut datangnya bulan suci ini, di mana posisi hati kita? Apakah kita termasuk orang-orang yang bersukacita karena berjumpa dengan bulan penuh keberkahan, ataukah kita merasa biasa saja, seolah Ramadhan hanyalah pergantian bulan semata? Jika hati kita tidak bergetar saat Ramadhan tiba, mungkin bukan Ramadhan yang kurang istimewa, tetapi justru diri kita yang semakin jauh dari cahaya keimanan. Maka inilah saatnya kita bertanya dengan jujur kepada diri sendiri: sejauh mana kecintaan kita kepada Allah dan agama-Nya?

 

Dalam bulan ini, Allah melimpahkan pahala yang berlipat ganda, pintu-pintu surga dibuka, dan rahmat-Nya tercurah luas. Namun, bagaimana sikap kita? Apakah kita termasuk yang berlari mengejar ampunan, atau justru semakin tenggelam dalam kelalaian? Saat umat Islam berlomba-lomba menghidupkan malam dengan ibadah, apakah kita memilih untuk ikut serta, atau justru hanyut dalam kebiasaan yang sia-sia? Ramadhan mengajarkan bahwa iman bukan hanya tentang apa yang kita ucapkan, tetapi bagaimana hati kita merespons seruan kebaikan. Jika Ramadhan ini tidak mengubah kita menjadi lebih baik, lalu kapankah hati ini akan tersentuh oleh hidayah-Nya?

 

Lebih dari sekadar menahan lapar dan dahaga, Ramadhan adalah perjalanan menuju penyucian diri. Ia datang sebagai kesempatan untuk kembali kepada Allah dengan hati yang lebih bersih, dengan jiwa yang lebih tulus. Namun, apakah kita menyambutnya sebagai anugerah atau beban? Saat keheningan sahur dan keindahan berbuka menghampiri, Ramadhan mengajak kita untuk merenungi: sudahkah kita menggunakan waktu ini untuk lebih dekat dengan-Nya? Ataukah kita masih terpaut pada dunia yang fana? Jika Ramadhan berlalu tanpa membawa perubahan dalam hidup kita, maka sungguh, kita telah kehilangan kesempatan yang tak ternilai harganya.

 

Kesimpulannya, Ramadhan adalah waktu yang penuh tarbiyah, mengajarkan kita untuk mengendalikan hawa nafsu, menyucikan hati, dan mendekatkan diri kepada Allah. Bulan ini mengingatkan kita untuk tidak menganggap hak Allah atau hak orang lain sebagai hak kita, melainkan untuk menjaga amanah dengan adil. Jika kita benar-benar memahami esensi puasa, Ramadhan akan mengubah kita menjadi pribadi yang lebih bijaksana, penuh kasih, dan bertanggung jawab, menjadikan setiap langkah kehidupan kita lebih dekat kepada Allah.

 

 

Firnanda, S.Pd., M.Pd.

( Pengurus PERGUNU ACEH)

Pos terkait