Deklarasi Bandar Khalifah Sebagai Kota Tua Serambi Mekkah dan Sosialisasi SDIT SAAS Digelar di Bandrong Peureulak

 

Indonesia Investigasi 

 

ACEH TIMUR, – Dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H yang jatuh pada Jumat (1/1/1447 H atau 27 Juni 2025 M), masyarakat Gampong Bandrong, Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur menggelar sebuah acara bersejarah yang sarat makna keislaman dan kebudayaan.

Bacaan Lainnya

 

Acara ini mengusung tiga agenda utama: Deklarasi Bandar Khalifah sebagai Kota Tua Serambi Mekkah, sosialisasi Sekolah Dasar Islam Terpadu Sultan Abdul Aziz Syah (SDIT SAAS), serta refleksi berdirinya Kesultanan Peureulak yang diyakini telah ada sejak tahun 225 H atau sekitar 840 Masehi.

 

Hadir sebagai pembicara utama adalah Dr. Tgk. H. Zulkifli AKA, M.Si, seorang ulama sekaligus akademisi yang dikenal sebagai penyambung lisan para ulama Nusantara. Dalam tausiyah dan orasinya, ia menegaskan pentingnya menjadikan Bandar Khalifah sebagai simbol kota tua yang menandai jejak awal Islam masuk ke Nusantara.

 

“Bandar Khalifah bukan sekadar nama. Ia adalah titik awal sejarah, tempat berpijak warisan spiritual dan intelektual dari Kesultanan Peureulak. Kita bukan sekadar memperingati, tetapi sedang menyambung urat sejarah yang mulai terlupa,” tegas Tgk Zulkifli dalam sambutannya.

 

Acara juga dirangkai dengan sosialisasi SDIT Sultan Abdul Aziz Syah, sebuah lembaga pendidikan dasar Islam terpadu yang digagas untuk melanjutkan nilai-nilai Islam dan kepemimpinan spiritual yang diwariskan Sultan Alaidin Sayed Maulana Abdul Aziz Syah, raja pertama Kesultanan Peureulak. Tokoh ini dikenal sebagai penguasa yang adil, berwawasan Islam, serta memiliki permaisuri bangsawan spiritual dari negeri Maurah: Putri Mahdum Khudawi.

 

Dr. Zulkifli berharap kegiatan ini bukan hanya menjadi seremoni tahunan, melainkan momentum kebangkitan spiritual dan peradaban Islam berbasis lokal.

 

“Kalau tak kita yang menegakkan sejarah kita sendiri, siapa lagi? Peureulak harus kembali menjadi pusat ilmu, bukan hanya kenangan,” tuturnya disambut antusias oleh ratusan warga yang hadir.

 

Sejumlah tokoh adat, guru-guru dayah, tokoh pemuda, Anggota DPRK, Perwakilan Dinas Pendidikan bidang kebudayaan, dan para kepala keluarga dari berbagai gampong di Peureulak turut menghadiri kegiatan ini.

 

Mereka menyatakan dukungan penuh terhadap pengembangan SDIT SAAS dan rencana menjadikan Bandar Khalifah sebagai situs sejarah yang perlu dirawat secara serius, termasuk dengan dukungan pemerintah daerah dan pusat.

 

Kegiatan ini sekaligus menjadi penegasan bahwa sejarah Islam di Nusantara bukan dimulai di abad ke-13 seperti diklaim sebagian sejarawan Barat, melainkan sudah berakar kuat sejak abad ke-9 Masehi, dimulai dari Kesultanan Peureulak.

 

Tgk Abdullah

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *