Indonesia investigasi
Lhokseumawe, Aceh – Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Malikussaleh (Fisip-Unimal) jurusan Administrasi Bisnis (Adbis) dalami usaha Batu Bata dan literasi prospek ekonomi usaha tersebut, Rabu, 11 Desember 2024.
Memenuhi tugas kajian mata kuliah hubungan masyarakat (MK Humas),
Ayu Nilam Anizar, Eka Diniyah Zahra, Nazla Rifa Nabil lakukan kunjungan dan wawancarai narasumber seputar bisnis usaha ekonomi berbasis kerakyatan dan persepektif ciptakan lapangan kerja.
Dari informasi diperoleh 3 (tiga) mahasiswa Fisip Unimal itu berhasil kumpulkan uraian, usaha Batu Bata salah satu prospek lapangan kerja berpotensi ciptakan ekonomi kerakyatan bagi masyarakat di pedesaan berbasis perekonomian produktif bagi pekerja dan pelaku usaha.
Meskipun usaha Batu Bata merupakan salah satu jenis usaha khusus untuk kebutuhan kontruksi namun produksinya berlangsung efektif dan berkesinambungan oleh pelaku usaha dengan pemanfaatan tenaga kerja aktif dalam rutinitas produksinya.
Liputan khusus tim jurnalis ke lokasi usaha Batu Bata di jalan Paloh Igeuh Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara, Aceh, salah satu usaha berbasis pemberdayaan bagi masyarakat itu milik Marlina dengan mempekerjakan beberapa tenaga kerja lokal dari masyarakat setempat.
Dimintai keterangan oleh tim jurnalis, Marlina mengatakan, usaha Batu Bata miliknya merupakan mata pencaharian pokok bagi perekonomian keluarganya dan juga membantu pendapatan ekonomi bagi keluarga para pekerjanya secara berkelanjutan.
“Usaha Batu Bata ini ada masa pasang surut dalam akses pemasaran seperti capaian target penjualan dan produksinya sesuai kebutuhan konsumen, baik lokal maupun luar daerah,” ujar Marlina, Rabu (11/12/24).
Katanya, produksi dan penjualan dalam skala besar Batu Bata itu pada musim pembangunan baik skala pemerintahan maupun non pemerintahan khusus untuk bangunan infrastruktur jenis fisik gedung atau sejenis ada musimnya.
“Saat musim proyek misalnya, kami mendapat order berskala besar dan produksi pun meningkat sesuai pesanan, bahkan terkadang para pekerja pun butuh penambahan untuk kejar target capaian orderan,” jelas pemilik usaha Batu Bata itu.
Lanjutnya, untuk pendapatan juga meningkat dan harga pun variatif, “Kadang juga harga naik jika orderan dadakan sementara stok tidak banyak, memang begitu kita bergelut dengan usaha Batu Bata ini,” ungkapnya.
Tim minta pandangan pengalaman Eko, selaku pekerja bagian pembakaran Batu Bata milik Marlina, kata Eko, dalam melakukan pembakaran Batu Bata butuh teknis dan keahlian serta analisa yang cukup piawai guna hasilkan kualitas produk yang berdaya tahan bagi bangunan.
“Jika tidak demikian kualitas produksi akan merugikan pemilik usaha dan pembeli karena daya tahan batu bata tidak bagus untuk digunakan, apalagi kalau kualitasnya rapuh dan mudah patah, tidak laku,” terang Eko.
Pekerja pembakar batu bata, tambah Eko harus benar-benar memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap amanah tugas dari majikannya dan akan tinggi pendapatan jika penjualan meningkat.
“Kami sangat menjaga kualitas produk yang kami pasarkan agar langganan semakin banyak pesan sama toke kami dan pendapatan kami berpengaruh karenanya,” papar Eko.
Sementara Isti Fatmawati sebagai tukang cetak mengatakan, pendapatannya berpengaruh pada jumlah batu bata yang berhasil dicetaknya, selain itu juga ada kategori model pesanan, “Kami harus mengikuti cetakan sesuai orderan disamping mencetak batu bata seperti standar biasanya,” ujarnya.
Menurutnya, “Untuk memenuhi kebutuhan keluarga dari bekerja sebagai tukang cetak batu bata, lumayan juga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, namun ada pasang surutnya juga,” imbuh Isti Fatmawati.
Untuk hasil cetakan, tambahnya, “Jika bahan baku tersedia mencukupi dan dalam kapasitas banyak, sehari bisa cetak hingga 2.000-3.000 biji batu bata, hasilnya Alhamdulillah juga,” pungkasnya mengakhiri.*
Reporter : Sayed Akbar