Indonesia Investigasi
ACEH UTARA – Center of Information For Sumatra Pasai Heritage (CISAH), bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Aceh Utara, melakukan kegiatan konservasi terhadap situs sejarah yang berada di gampong Buket Batee Badan wilayah Kecamatan Tanah Jambo Aye, rabu (25/06/25).
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pelestarian warisan budaya dan sejarah Aceh, khususnya peninggalan masa Kesultanan Islam Samudra Pasai yang tersebar di beberapa gampong dalam kecamatan tersebut.
Sukarna Putra peneliti dari CISAH dalam keterangannya, menyampaikan bahwa dari sisi arkeologis, kubur yang ditunjuk sebagai makam Banta Saidiy memang memiliki keistimewaan. Dari bentuk makam, ornamen dan kaligrafi Arab-nya, nyata sekali tokoh yang dimakamkan adalah seorang yang sangat dihormati. Sayangnya, kedua nisan makam yang terbuat dari bahan sandstone (batu pasir) ini tidak utuh lagi; bagian-bagian tertentu ada yang patah dan hilang, sebagian inskripsinya juga sudah aus.
Pada nisan sebelah kepala makam (utara), dijumpai kalimat “..hadza qabru as-sayyid (al-ghaziy?) asy-syarif..” (..inilah kubur sayyid (ghaziy?) syarif..) dalam baris inskripsi. Kalimat ini tidak diketemukan sambungannya karena ada bagian yang telah patah dan hilang.
Kendati demikian, penyebutan Banta Saidiy oleh masyarakat setempat dapat dianggap mengena sebab as-sayyid asy-syarif atau asy-syarif adalah gelaran yang lazim untuk Ahlul Bait Nabi saw.
Sukarna menambahkan, pelestarian situs sejarah adalah tanggung jawab kita bersama, agar generasi muda dapat mengenal, menghargai dan meneladani kerja besar leluhur mereka.
Sementara itu, Muhibuddin, S.Pd., M.Pd., Kabid kebudayaan Aceh Utara mengatakan bahwa kegiatan konservasi ini meliputi pendataan ulang, pembersihan area situs, serta sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pelestararian.
“Kami berkomitmen menjaga dan merawat situs sejarah yang ada di Aceh Utara. Konservasi ini tidak hanya untuk kepentingan hari ini, tetapi untuk generasi yang akan datang, Dengan langkah ini, diharapkan kekayaan budaya dan sejarah yang ada di Aceh Utara, tetap lestari dan memberi nilai tambah bagi masyarakat setempat, baik dari sisi edukatif maupun ekonomi, ini adalah langkah awal. Ke depan, kita akan mengupayakan pengembangan kawasan situs sejarah menjadi pusat edukasi dan destinasi wisata budaya,” jelasnya.
Kegiatan ini juga melibatkan tokoh masyarakat, pegiat sejarah. Antusiasme warga terhadap pelestarian ini menunjukkan kesadaran kolektif pentingnya menjaga identitas sejarah daerah.
Reporter:
Abel Pasai