Banjarmasin, Kalsel – Bertempat di Aula Sastro Hardjo RRI Banjarmasin, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalimantan Selatan menggelar diskusi teologis dengan tema “Mencari Pemimpin, Perspektif Agama-agama”. Acara ini menghadirkan tokoh agama Islam, Drs. M. Ilham Masykuri Hamdie, MA, selaku Ketua FKUB Kalimantan Selatan; Ida Rsi Wiswamitra Pawitra Putera, Pandhita dan tokoh agama Hindu; serta Pendeta Wahyudi, S.Th dari PGIW Kalimantan Selatan. Kamis (30/05/2024).
Diskusi ini dihadiri oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pegiat kerukunan beragama, dipandu oleh Noorhalis Majid, Ketua Bidang Dialog FKUB Kalimantan Selatan.
Ida Rsi Wiswamitra Pawitra Putera mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh FKUB Kalimantan Selatan. Menurutnya, kegiatan seperti ini harus sering diselenggarakan agar bisa memberikan pencerahan kepada umat beragama. Ida Rsi menekankan pentingnya mencari pemimpin yang memiliki iman, berani menghadapi masa depan, cerdas, tegas, jujur, welas asih, dan adil.
Ida Rsi juga mengutip konsep astrabrata kepemimpinan dari cerita Sri Rama, yang mencakup delapan tugas kepemimpinan: Indrabarata (seperti hujan), Yamabrata (memberi keadilan), Suryabrata (seperti matahari), Candrabrata (seperti rembulan), Bayubrata (seperti angin), Bumibrata (seperti bumi), Barunabrata (seperti dewa air), dan Angnibrata (seperti api).
Pendeta Wahyudi, S.Th, menyatakan bahwa memilih pemimpin berdasarkan iman Kristen juga menekankan karakter. Yesus memilih murid-muridnya bukan karena kepintarannya atau kekayaannya, tetapi karena karakter mereka. Karakter menjadi modal utama bagi seorang pemimpin, dan seorang pemimpin harus memimpin dengan keteladanan, bukan dengan otoritarianisme.
Drs. M. Ilham Masykuri Hamdie, MA, menyampaikan bahwa pemimpin harus teruji dan memiliki rekam jejak yang baik. Ia juga mengutip Ibnu Taimiyah yang mengatakan bahwa negara yang dikelola secara adil akan diberkati oleh Tuhan, meskipun dipimpin oleh non-Muslim, sementara negara yang zalim tidak akan diberkati meskipun dipimpin oleh seorang Muslim. Menurutnya, solidaritas sosial atau “asabiyah” sangat penting untuk mendukung pemimpin yang baik.
Diskusi tersebut juga menampilkan berbagai pandangan dari peserta, seperti DR. H. Mirhan yang menyoroti pentingnya keamanan dan kesejahteraan bersama, dan Fahriansyah dari Muhammadiyah yang menekankan perlunya pemimpin yang mampu mensejahterakan masyarakat dan melayani dengan sepenuh hati.
DR. Wahyudin dari UIN Antasari membahas karakteristik orang Banjar dalam memilih pemimpin, sementara DR. Abrani Sulaiman mengungkapkan keprihatinannya terhadap politik uang yang merusak proses pemilihan pemimpin.
Romo dari Keuskupan Banjarmasin mengingatkan pentingnya kerjasama antar tokoh agama dan mengajak semua pihak untuk menjadikan doa sebagai gerakan perubahan.
Ketiga narasumber memberikan tanggapan atas berbagai pandangan tersebut. Ida Rsi Wiswamitra Pawitra Putera berharap kegiatan ini terus berlanjut, sementara Pdt. Wahyudi, S.Th, menekankan dampak buruk dari politik uang. Drs. M. Ilham Masykuri Hamdie, MA, mengajak semua untuk melakukan re-interpretasi terhadap konsep kepemimpinan agar relevan dengan kondisi zaman dan menguatkan masyarakat sipil berbasis keagamaan.
Dalam kesimpulan, para pemimpin agama sepakat bahwa karakter dan integritas adalah kunci utama dalam memilih pemimpin yang baik, dan solidaritas sosial diperlukan untuk mendukung pemimpin yang mampu membawa perubahan positif.
(Rhn/nm)