Indonesia Investigasi
Bireuen – Hujan deras mengguyur kawasan Bireuen pada Sabtu, 8 Maret 2025, membawa aliran air yang deras melintasi jalan Bireuen-Takengon di KM 24, Gampong Krueng Simpo. Dalam derasnya arus, dua kakak beradik, Mardiana (17) dan Rina Fitri (11), terseret bersama sepeda motor yang mereka kendarai sepulang dari rumah nenek mereka di Meunasah Krueng, Jangka.
Malam itu menjadi malam yang mencekam bagi keluarga Mulyadi (45) dan Rosdiana (37). Saat sang ibu mencoba menghubungi anak-anaknya dan tak mendapat jawaban, firasat buruk mulai menghantui. Kepanikan pun menyeruak ketika sang ayah, yang langsung bergegas menyusuri jalan, mendapati bahwa dua anaknya hilang terbawa arus banjir.
Ketika laporan mengenai peristiwa tragis ini sampai ke Bupati Bireuen, H. Mukhlis ST, beliau tanpa ragu meninggalkan segala kesibukannya. Seusai melaksanakan salat tarawih dalam rangka Safari Ramadan di Gampong Cot Lubèng, Kecamatan Pandrah, ia langsung bergerak menuju lokasi kejadian. Di tengah malam yang gelap, dengan rintik hujan yang masih turun, ia berdiri di antara tim pencari, bukan sebagai seorang pejabat, tetapi sebagai seorang pemimpin yang merasakan duka rakyatnya.
Di bawah arahannya, tim Basarnas, BPBD, RAPI, TNI-Polri dan relawan lainnya bekerja tanpa mengenal lelah. Hingga pukul 01.00 WIB, Minggu, 9 Maret 2025, harapan yang tersisa berubah menjadi kepedihan mendalam. Jenazah Rina Fitri, bocah 11 tahun itu, ditemukan tiga kilometer dari titik awal hanyutnya. Ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, ia menjadi saksi bisu keganasan arus yang merenggut nyawanya.
Dengan sorot mata penuh keprihatinan, H. Mukhlis berdiri di tengah para petugas, menyemangati mereka, menenangkan keluarga korban, dan memastikan segala proses berjalan dengan optimal. Beliau tak hanya hadir untuk memimpin pencarian, tetapi juga mengiringi jenazah sang adik hingga ke RSUD dr. Fauziah Bireuen menggunakan Ambulance Takabeya Peduli, sebelum akhirnya mengantar almarhumah ke rumah duka di Meunasah Krueng, Jangka.
Kepedulian dan ketulusan yang ditunjukkan H. Mukhlis bukan sekadar simbol tanggung jawab sebagai seorang pemimpin, tetapi lebih dari itu, ia hadir sebagai sosok yang benar-benar peduli terhadap rakyatnya. Dalam malam yang dipenuhi duka, ia menjadi cahaya harapan, memastikan bahwa masyarakat Bireuen tidak pernah sendiri dalam menghadapi musibah.
Malam itu, H. Mukhlis tidak hanya menjadi seorang pemimpin yang mengatur roda pemerintahan, tetapi juga seorang ayah bagi rakyatnya, yang merasakan kesedihan mendalam atas kehilangan dua anak dalam tragedi ini.
Teuku Fajar Al-Farisyi