Bukber: Tradisi Ramadhan yang Mempererat Kebersamaan di Aceh 

Disusun Oleh: Muhammad Ramadhanur Halim, S.HI,

Indonesia Investigasi

Buka puasa bersama (bukber) telah menjadi bagian penting dari budaya Ramadhan di Aceh. Tradisi ini bukan hanya sekadar makan bersama, tetapi juga sarana untuk mempererat tali silaturahmi, meningkatkan solidaritas sosial, serta memperkuat identitas sebagai masyarakat yang religius. Dalam konteks Aceh, bukber menghadirkan nilai-nilai lokal yang kaya, namun juga memerlukan perhatian agar tidak bergeser dari esensi spiritualnya.

 

Bacaan Lainnya

Di Aceh, bukber sering kali dilakukan bersama keluarga besar, komunitas, hingga institusi pemerintah. Tradisi ini memperlihatkan kearifan lokal masyarakat Aceh yang menjunjung tinggi kebersamaan. Bukber bukan hanya tentang berbagi makanan, tetapi juga berbagi cerita, mempererat hubungan yang mungkin renggang, dan menciptakan momen kebahagiaan dalam kesederhanaan. Ini sesuai dengan nilai adat yang dipegang teguh oleh masyarakat Aceh, yakni “meukawom”, atau saling menjaga persaudaraan.

 

Namun, dalam praktiknya, tidak dapat dipungkiri bahwa ada tantangan yang perlu diperhatikan. Salah satu fenomena yang sering terjadi adalah kecenderungan untuk menjadikan bukber sebagai ajang formalitas atau konsumtif. Acara bukber di restoran mewah kadang lebih menonjolkan unsur gaya hidup daripada nilai kebersamaan. Padahal, dalam Islam, berbuka dengan sederhana adalah cerminan dari rasa syukur dan pengendalian diri. Pemerintah dan ulama di Aceh dapat memberikan edukasi untuk mengembalikan esensi bukber sebagai ibadah yang penuh hikmah, bukan sekadar ajang sosial.

 

Fenomena positif yang paling terasa dari bukber di Aceh adalah penguatan solidaritas sosial. Banyak komunitas yang menggabungkan tradisi bukber dengan aktivitas berbagi kepada kaum dhuafa, seperti menyediakan makanan untuk anak yatim atau masyarakat yang membutuhkan. Ini selaras dengan semangat Ramadhan sebagai bulan berbagi dan menguatkan empati. Dalam banyak kasus, tradisi ini membantu menciptakan rasa adil di tengah masyarakat, terutama bagi mereka yang kekurangan.

 

Bukber juga menjadi salah satu cara untuk mendukung ekonomi lokal, khususnya bagi para pelaku usaha kuliner di Aceh. Pasar Ramadhan yang menyediakan aneka makanan khas seperti kuah pliek u dan timphan menjadi tempat bagi masyarakat untuk mempersiapkan menu bukber. Tradisi ini menunjukkan bagaimana aspek spiritual dan ekonomi dapat berjalan beriringan, selama tidak berlebihan. Dengan mendukung UMKM lokal, bukber mampu memberikan manfaat lebih luas bagi perekonomian daerah.

 

Namun, ada sisi lain yang juga perlu dievaluasi. Dalam beberapa kasus, bukber melibatkan acara yang tidak sepenuhnya menghormati waktu ibadah, seperti keterlambatan shalat Maghrib atau tarawih karena acara berlangsung terlalu lama. Hal ini bisa diatasi dengan mengatur waktu yang lebih bijak, sehingga tradisi ini tetap mendukung pelaksanaan ibadah utama Ramadhan. Masjid dan meunasah di Aceh dapat menjadi tempat ideal untuk menyelenggarakan bukber, sekaligus mendukung suasana ibadah berjamaah.

 

Bukber di Aceh mencerminkan kearifan lokal yang unik dan kaya nilai. Namun, tradisi ini harus terus diarahkan agar tetap sesuai dengan semangat Ramadhan, yakni kesederhanaan, kebersamaan, dan keikhlasan. Melalui sinergi antara masyarakat, ulama, dan pemerintah, bukber dapat dijaga sebagai tradisi yang penuh berkah, mendalam secara spiritual, dan berdampak positif bagi sosial dan ekonomi.

 

Dengan demikian, buka puasa bersama di Aceh bukan sekadar rutinitas, tetapi momentum untuk memperkuat hubungan sosial, membangun rasa syukur, dan meningkatkan kepedulian kepada sesama. Tradisi ini adalah pengingat bahwa Ramadhan adalah tentang berbagi kebahagiaan, baik secara spiritual maupun sosial, yang mampu menyatukan seluruh lapisan masyarakat.

Zahrul

Pos terkait