Berkat Kerja Nyata Gubernur Kaltara Membuahkan Hasil, GEM Cina Berminat Tanam Investasi Rp 130 T

Indonesia Investigasi

BANDUNG – GEM perusahaan raksasa asal China yang bergerak di bidang pengolahan dan daur ulang bahan baku baterai, berencana membangun modal senilai US$ 8 miliar untuk mengembangkan Indonesia Green Industrial Park (IGIP) di Kalimantan Utara. Perusahaan juga menargetkan mengisi posisi-posisi kunci di fasilitas produksi di Indonesia dengan talenta lokal warga RI.

 

Pendiri dan Komisaris Utama GEM, Xu Kaihua, menyatakan GEM berencana melanjutkan investasi di sektor penghiliran industri mineral di RI.

Bacaan Lainnya

 

Saat ini, GEM mengoperasikan pabrik pengolahan nikel di Morowali melalui perusahaan patungan bernama QMB. Investasi selanjutnya adalah pembangunan kawasan industri dasar bernama IGIP di Kaltara.

 

Investasi awal pembangunan IGIP diperkirakan menghabiskan dana US$ 2 miliar (Rp 32,52 triliun) yang kemudian akan terus ditingkatkan hingga US$ 8 miliar (Rp 130 triliun) dalam tahap-tahap selanjutnya.

 

Xu mengklaim fasilitas produksi GEM di Morowali memungkinkan RI mampu melakukan konversi nikel kalori rendah dan mendaur ulang kobalt. Teknologi GEM juga membuat industri di Morowali bisa memproduksi nikel hijau atau Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang kemudian bisa diolah menjadi salah satu bahan utama baterai.

 

“Dulu nikel di RI hanya bisa memproduksi stainless steel. Kini stainless steel dan NPI sudah overkapasitas, oleh karena itu penting untuk ada arah produksi baru pengolahan nikel,” katanya di Kampus Jatinangor ITB, Sabtu (24/5/2025).

 

Namun, Xu mengungkapkan bahwa selama ini kegiatan operasional pabrik GEM di RI masih cenderung mahal. Permasalahan utamanya adalah tidak tersedianya talenta lokal yang bisa mengisi-posisi kunci di fasilitas produksi mereka.

 

Tidak ada talenta lokal yang membuat kami harus mendatangkan talenta dari Tiongkok. Biayanya sangat besar dan tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, kami sejak 2019 telah berusaha mendorong agar talenta lokal melanjutkan studi di Tiongkok,” katanya.

 

Namun, program pelatihan lewat pendidikan pasca-sarjana dan doktoral di universitas di China tidak cukup untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja GEM. Xu kemudian berinisiatif membangun fasilitas laboratorium di Kampus ITB yang nilainya mencapai US$ 270 juta (Rp 4,39 triliun) untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan pelatihan talenta lokal.

 

Program ini membuat berbagai posisi kunci di pabrik QNB semakin banyak diisi oleh warga RI, bahkan Xu mengklaim dalam waktu dekat akan ada warga RI yang menjadi pemimpin proses produksi di pabrik milik GEM.

 

GEM menjadikan program pengembangan talenta di RI sebagai salah satu contoh program inisiatif berkelanjutan dalam skema Belt and Road Initiative yang juga dikenal sebagai “Jalur Sutra” baru.

Xu adalah bagian dari Komisi Pengarah United Nations Global Compact (UNGC) yang mengadakan pertemuan di Laboratorium GEM-CSU-ITB di Kampus Jatinangor ITB.

 

Selain Xu, komisi tersebut juga diisi oleh pemimpin-pemimpin perusahaan lain dari Tiongkok serta pemimpin perusahaan dari negara lain termasuk Indonesia.

 

Beberapa pemimpin perusahaan yang hadir antara lain adalah Marjorie Yang dari Esquel Group, Kanika Dewan dari Ka Design Atelier. Perwakilan dari Indonesia adalah Cheri Nursalim dari GITI Group, induk usaha dari PT Gajah Tunggal Tbk.(*)

Redaksi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *