Cilacap, Jawa Tengah – Kabupaten Cilacap menjadi salah satu lokasi percontohan pengelolaan perikanan darat berkelanjutan, khususnya ikan sidat. Program ini mendapat dukungan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Global Environment Facility (GEF), dan Food and Agriculture Organization (FAO). Hal ini ditunjukkan dengan kunjungan kerja Tim GEF Operational Focal Point (OFP) bersama FAO ke sejumlah lokasi di Cilacap pada Senin (22/1/2024).
Tim GEF OFP dan FAO mengunjungi Balai Benih Ikan (BBI) Majenang, Sungai Cijalu Majenang, Desa Kaliwungu Kecamatan Kedungreja, dan Desa Panikel Kecamatan Kampung Laut. Mereka meninjau berbagai kegiatan pengelolaan sidat berkelanjutan, mulai dari restocking benih ikan, budidaya, pengolahan, hingga pemasaran sidat. Tim juga melihat lokasi eduwisata sidat-kelengkeng yang menjadi daya tarik wisatawan.
“Kami sangat berterima kasih atas dukungan KKP, GEF, dan FAO dalam pengembangan pengelolaan sidat berkelanjutan di Cilacap. Kami berharap kerjasama ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya pelaku usaha sidat,” ujar Sujito di Desa Kaliwungu Kecamatan Kedungreja, Senin (22/1/2024).
Sujito menerangkan ada sembilan kecamatan di Cilacap yang memiliki potensi pengelolaan sidat berkelanjutan, yaitu Kedungreja, Patimuan, Kampung Laut, Majenang, Bantarsari, Kroya, Adipala, Nusawungu, dan Sampang. Luas lahan budidaya sidat di Cilacap mencapai 17,8 hektare, dengan produksi 27,36 ton pada tahun 2023.
Sejak tahun 2018, Cilacap telah ditetapkan sebagai lokasi pengelolaan sidat oleh KKP, GEF, dan FAO melalui Proyek I-Fish. Proyek ini bertujuan untuk pengelolaan sumber daya, upaya konservasi, dan pemanfaatan perikanan sidat yang lebih baik dan berkelanjutan di Cilacap. Proyek ini juga didukung dengan kebijakan dan program dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten.
Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah pencanangan Kampung Sidat di Desa Kaliwungu pada tahun 2018. Di bawah naungan Koperasi Mina Sidat Bersatu, pengelolaan sidat di Cilacap dapat dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Bahkan, ada satu lokasi percontohan yang melakukan penangkapan, pembuatan pakan, budidaya, pengolahan, dan pemasaran sidat secara terintegrasi dan menjadi satu-satunya di Indonesia saat ini.
Penggagas Koperasi Mina Sidat Bersatu, Ruddy Sutomo, mengatakan bahwa pangsa pasar sidat masih sangat besar. Sidat Cilacap banyak diminati oleh pasar ekspor, terutama Jepang, Taiwan, dan Hong Kong. “Kami terus menggenjot produksi sidat, tetapi juga tetap memegang komitmen untuk konservasi. Kami melakukan restocking benih sekitar 2,5 persen di sungai-sungai dan merilis sebagian indukan, supaya terus terjaga ketersediaan benih sidat,” tutur Ruddy.
Kepala perwakilan FAO Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal (kanan) menyerahkan cinderamata kepada penggagas kampung Sidat Ruddy Soetomo.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, Indarto menjelaskan, Pemkab Cilacap dan Provinsi Jawa Tengah telah melakukan beberapa upaya pengelolaan perikanan sidat sejak tahun 2014. Upaya tersebut antara lain perlindungan habitat sidat dengan Peraturan Daerah Kabupaten (revisi Perda RTRW), Peraturan Daerah Provinsi, dan pembentukan Kelompok Masyarakat Pengawas. Selain itu, juga ada pembinaan teknis dan pelatihan budidaya sidat, kerjasama pelatihan pembuatan pakan sidat, dan pemberian bantuan benih, pakan, sarana produksi sidat.
Turut hadir dalam kunjungan kerja tersebut, Kepala GEF OFP, Eko Nugroho, Kepala Pusat Riset Perikanan KKP Yayan Hikmayani, Perwakilan FAO di Indonesia Rajendra Aryal, Sekretaris BPSDM KKP Andi Soesmoni, Kepala OPD di Lingkungan Pemkab Cilacap, perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, Penyuluh Perikanan, serta nelayan, pembudidaya, pengolah, dan pelaku usaha sidat setempat.
Kepala GEF OFP Eko Nugroho memberikan apresiasi atas pengelolaan sidat di Cilacap yang dinilai luar biasa dan sesuai dengan rencana aksi nasional konservasi ikan sidat. Ia berharap Cilacap dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain dalam pengembangan perikanan darat berkelanjutan.
“Kami berkomitmen untuk terus mendukung Cilacap dalam pengelolaan sidat berkelanjutan. Kami juga berharap kerjasama dengan FAO dapat terus berjalan dengan baik dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, lingkungan, dan perekonomian,” ucap Eko.
Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal, juga mengapresiasi keberhasilan Cilacap dalam mengembangkan budi daya sidat. Ia mengatakan bahwa FAO siap membantu Cilacap dalam hal peningkatan kapasitas, teknologi, dan pemasaran sidat.
“Kami sangat terkesan dengan konsep satu kampung, satu ikan yang diterapkan di Cilacap. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Cilacap memiliki semangat dan kreativitas yang tinggi dalam mengelola sidat. Kami berharap ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain di Indonesia,” kata Rajendra.
(Dn/Kominfo/Jumardin)