Opini: Menghidupkan Kembali Semangat Revolusioner Tan Malaka di Era Digital

Indonesia Investigasi

(Penulis: M Ramadhanur Halim,)

Dalam era digital yang serba cepat ini, kita sering kali terjebak dalam arus informasi yang deras tanpa sempat merenungkan makna dari setiap perubahan yang terjadi. Namun, di tengah hiruk-pikuk ini, semangat dan pemikiran Tan Malaka tetap relevan dan bahkan semakin penting untuk dihidupkan kembali. Tan Malaka, dengan visi revolusionernya, mengajarkan kita tentang pentingnya pendidikan politik dan kesadaran kritis sebagai fondasi untuk membangun masyarakat yang adil dan demokratis.

Tan Malaka, lahir dengan nama asli Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka pada 2 Juni 1897 di Pandam Gadang, Sumatera Barat, adalah seorang tokoh revolusioner dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia dikenal sebagai seorang filsuf, penulis, dan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Pendidikan awalnya ditempuh di Kweekschool Bukittinggi dan kemudian melanjutkan studi ke Belanda, di mana ia mulai terpapar dengan ideologi sosialisme dan komunisme. Setelah kembali ke Indonesia, Tan Malaka aktif dalam berbagai gerakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda dan Jepang, serta mendirikan Partai Murba.

Bacaan Lainnya

Kebersamaan Tan Malaka dengan Soekarno, Hatta, dan rekan-rekan perjuangan lainnya sangat penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Meskipun Tan Malaka sering kali bergerak di bawah tanah dan menggunakan berbagai nama samaran, pengaruhnya terhadap pemikiran dan strategi perjuangan sangat besar. Soekarno dan Hatta, misalnya, banyak terinspirasi oleh konsep republik yang dikemukakan oleh Tan Malaka dalam karyanya “Naar de Republiek Indonesia”. Bahkan, Soekarno pernah menyebutkan konsep Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) yang mencerminkan upaya untuk menyatukan berbagai kekuatan politik di Indonesia, meskipun Tan Malaka sendiri lebih fokus pada perjuangan kelas dan keadilan sosial.

Di zaman di mana teknologi mendominasi hampir setiap aspek kehidupan, kita perlu mengadopsi pendekatan Tan Malaka yang menekankan pada logika dan rasionalitas. “Madilog” atau Materialisme, Dialektika, dan Logika, yang ia kembangkan, bisa menjadi panduan bagi kita untuk tidak terjebak dalam informasi palsu dan propaganda yang sering kali menyebar di media sosial. Dengan memanfaatkan teknologi secara bijak, kita dapat memperkuat demokrasi partisipatif dan memastikan bahwa suara rakyat benar-benar didengar.

Selain itu, semangat inklusivitas dan anti-kolonialisme Tan Malaka juga sangat relevan dalam konteks globalisasi saat ini. Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan ketidakadilan ekonomi, kita perlu mengingat kembali pentingnya persatuan dan solidaritas antarbangsa. Tan Malaka mengajarkan kita bahwa perjuangan untuk keadilan sosial tidak mengenal batas geografis dan harus dilakukan secara kolektif.

Dengan demikian, menghidupkan kembali semangat Tan Malaka bukan hanya tentang mengenang sejarah, tetapi juga tentang menerapkan nilai-nilai revolusioner dalam kehidupan sehari-hari. Di era digital ini, kita memiliki kesempatan untuk memperkuat demokrasi dan keadilan sosial dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya. Mari kita jadikan semangat Tan Malaka sebagai inspirasi untuk terus berjuang demi masyarakat yang lebih adil dan setara.

Dahrul

Pos terkait