Kontroversi Warga, 2 Proyek Dana Desa di Sungai Penoban, Aspirasi yang Diabaikan dan Kualitas yang Dipertanyakan

Indonesia Investigasi 

Tanjung Jabung Barat – www.indonesiainvestigasi.com
Proyek pembangunan yang didanai oleh Dana Desa di Desa Sungai Penoban, Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, menjadi sorotan warga. Meski sudah rampung, dua proyek ini memantik kritik terkait relevansi, transparansi, dan kualitas pengerjaan. Investigasi eksklusif ini menggali lebih dalam persoalan yang membuat sebagian warga merasa tidak puas.

Proyek Berjalan Tanpa Dukungan Penuh Warga

Dua proyek tersebut adalah:
1. Pembangunan lapangan badminton di Dusun 2, RT 09, dengan anggaran Rp 24.965.000, menggunakan Dana Desa tahun 2024.

Bacaan Lainnya

2. Pembangunan taman lapangan sepak bola, dengan anggaran Rp 48.920.000, juga bersumber dari Dana Desa tahun sebelumnya.

Namun, sebagian besar warga menyatakan ketidak setujuan terhadap proyek tersebut sejak awal. Menurut mereka, prioritas pembangunan ini tidak sesuai dengan kebutuhan utama desa.
“Kami memerlukan infrastruktur yang lebih mendesak, seperti jalan desa dan fasilitas air bersih. Sementara proyek ini justru diarahkan ke hal yang kurang penting bagi kami,” kata salah seorang warga yang meminta identitasnya dirahasiakan.

Dugaan Material Berkualitas Rendah, Selain masalah prioritas, kualitas pengerjaan kedua proyek tersebut dipertanyakan. Pantauan di lapangan menunjukkan lapangan badminton sudah mengalami retak-retak meskipun belum digunakan secara maksimal.
“Saya melihat pengerjaannya asal-asalan. Bahkan material seperti semen dan pasir terlihat tidak sesuai standar. Warga lain juga mencatat adanya beberapa bagian yang mulai rusak,” ujar seorang warga yang aktif mengamati proses pembangunan.

Minimnya Keterlibatan Masyarakat dalam Musyawarah, Sejumlah warga menuturkan bahwa proses perencanaan proyek minim melibatkan aspirasi masyarakat. Mereka merasa tidak diajak untuk berdiskusi terkait prioritas penggunaan Dana Desa.

“Musyawarah hanya formalitas. Kami diberi tahu bahwa pembangunan akan dilakukan tanpa mendengar kebutuhan kami terlebih dahulu. Padahal, sebagai masyarakat, kami tahu apa yang benar-benar mendesak untuk desa ini,” keluh seorang tokoh masyarakat setempat.

Kepala Desa Tidak Memberikan Klarifikasi, Tim investigasi mencoba menghubungi Kepala Desa Sungai Penoban, Romadiansyah, untuk meminta tanggapan terkait persoalan ini. Namun hingga berita ini diterbitkan, upaya konfirmasi belum mendapatkan respons.

Pakar Risiko Penyimpangan Tinggi Tanpa Pengawasan Ketat, Pakar tata kelola desa, Dr. Anas Wicaksono, menilai bahwa masalah ini mengindikasikan lemahnya transparansi dan pengawasan dalam pengelolaan Dana Desa. “Dana Desa adalah aset strategis, tetapi jika proses perencanaan dan pelaksanaan tidak transparan serta partisipatif, maka risiko penyimpangan sangat tinggi. Pemerintah daerah perlu memperketat evaluasi, termasuk dengan audit independen,” tegasnya.

Harapan Warga: Audit dan Evaluasi Menyeluruh,
Masyarakat berharap adanya evaluasi menyeluruh terhadap penggunaan Dana Desa di Sungai Penoban. Tidak hanya untuk mengaudit proyek yang sudah dilaksanakan, tetapi juga sebagai langkah pembelajaran agar kebutuhan masyarakat menjadi prioritas utama dalam pengelolaan anggaran di masa depan.

Dengan kondisi ini, isu pengelolaan Dana Desa menjadi pekerjaan rumah besar yang perlu diselesaikan, demi memastikan setiap sen yang dikeluarkan benar-benar memberi manfaat optimal bagi masyarakat. Narasumber; SyahRoni/Tim

(((Ditulis oleh; Apriandi St)))

Pos terkait