Indonesia Investigasi
Bireuen — Momentum Ramadhan 1446 H dimanfaatkan Keluarga Besar Yayasan Kebangsaan Bireuen bersama Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI) untuk mempererat tali silaturrahmi melalui acara buka puasa bersama yang berlangsung meriah dan penuh kehangatan. Kegiatan ini digelar pada Minggu, 9 Maret 2025, di halaman Kampus UNIKI Blang Blahdeh, Bireuen.
Acara yang dimulai ba’da Ashar ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting dari berbagai daerah di Aceh, di antaranya Wakil Gubernur Aceh Fadlullah (Dek Fad), Bupati Bireuen H. Mukhlis ST, Wakil Bupati Bireuen Ir. Razuardi MT, Wali Kota Lhokseumawe Sayuti Abu Bakar SH, MH, Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal, Ketua DPP PPP Aceh Amiruddin Idris dan Ketua PMI Bireuen Edi Obama. Hadir pula Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan H. Muhammad Mardiono, jajaran akademisi, tokoh masyarakat, dan ratusan undangan dari berbagai wilayah, termasuk kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Dalam sambutannya, Ketua DPP PPP Aceh, Amiruddin Idris, membuka acara dengan penuh semangat kebangsaan. Ia menekankan pentingnya membangun sinergi antara dunia pendidikan, pemerintahan, dan masyarakat untuk memperkuat fondasi pembangunan Aceh yang berkelanjutan.
“Acara seperti ini bukan sekadar ajang silaturrahmi, tetapi juga wadah untuk membangun kesepahaman bersama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan masyarakat Aceh. Yayasan Kebangsaan dan UNIKI telah membuktikan komitmennya dalam mencetak generasi muda yang berdaya saing tinggi,” ujar Amiruddin.
Sementara itu, dalam arahannya, Wakil Gubernur Aceh Fadlullah menyinggung isu penting terkait Dana Otonomi Khusus (Otsus) Aceh yang masih menjadi harapan besar masyarakat. Ia menegaskan bahwa Pemerintah Aceh akan terus berjuang agar dana Otsus tetap diperjuangkan dan dimanfaatkan secara optimal untuk pembangunan di berbagai sektor.
“Pemerintah Aceh terus berupaya keras agar Dana Otsus dapat terus mengalir dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk pembangunan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Ini adalah hak masyarakat Aceh yang harus kita perjuangkan bersama-sama,” tegas Dek Fad di hadapan hadirin.
Salah satu sesi yang paling dinanti adalah pidato dari Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan, H. Muhammad Mardiono. Dalam pidatonya, Mardiono menyoroti persoalan ketahanan pangan nasional, termasuk di Aceh, yang memerlukan solusi jangka panjang. Ia membandingkan langkah-langkah yang pernah dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, yang berhasil menciptakan swasembada pangan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian.
“Kita harus belajar dari masa lalu, di mana program ketahanan pangan nasional pernah mencapai puncaknya pada masa Presiden Soeharto. Pemerintah saat ini terus mendorong berbagai program untuk memperkuat sektor pertanian, perikanan, dan ketahanan pangan berbasis masyarakat, agar Aceh mampu mandiri dan sejahtera dalam hal pangan,” ujar Mardiono.
Acara kemudian ditutup dengan pembacaan do’a menjelang waktu berbuka, diikuti dengan buka puasa bersama yang diwarnai suasana kekeluargaan dan kebersamaan. Kehadiran para tokoh penting dari berbagai elemen masyarakat ini semakin mempererat hubungan silaturrahmi dan memperkokoh tekad bersama dalam membangun Aceh yang lebih baik ke depan.
Teuku Fajar Al-Farisyi