Indonesia Investigasi
BIREUEN – Ada semangat baru di RSU dr. Fauziah Bireuen. Sejak Mahyani Muhammad dipercaya menjadi Ketua Dewan Pengawas RSU dr. Fauziah Bireuen, suasana kolaborasi mulai dihidupkan kembali. Beliau menggantikan Prof. Dr. dr. Syahrul, Sp.S(K), dan kini hadir langsung di Bireuen untuk membangun komunikasi aktif dengan manajemen rumah sakit dan seluruh jajaran.
Keputusan Mahyani Muhammad untuk berkantor langsung setiap minggu di RSU dr. Fauziah Bireuen menjadi langkah awal yang nyata. Baginya, keberhasilan sebuah lembaga, terlebih rumah sakit daerah dengan status Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), bukan hanya soal aset dan modal, tapi soal manajemen yang baik, kolaborasi, dan keharmonisan kerja.
Saat berbincang santai dengan Mahyani Muhammad pada Jumat pagi, 18 Juli 2025, di lingkungan RSU dr. Fauziah Bireuen, suasana terasa hangat dan penuh persahabatan. Beliau berbicara dengan bahasa yang santun, sejuk, dan mengalir, menyampaikan pandangan dan pesan-pesan inspiratif tanpa kesan menggurui.
“Kesuksesan itu bukan karena kapital/modal semata, tapi disiplin, konsistensi, dan kesadaran semua pihak untuk melangkah dalam patron yang sudah ditetapkan. Aturan itu jangan dilihat sebagai penghalang, justru aturan adalah pijakan untuk kita melangkah lebih baik,” ujar Mahyani Muhammad dengan penuh ketenangan.
Ia menegaskan bahwa keberadaan Dewan Pengawas RSU dr. Fauziah Bireuen bukan untuk menakut-nakuti atau mencari-cari kesalahan pegawai, tetapi menjadi partner kerja manajemen untuk meraih sukses bersama.
“Kami hadir sebagai partner kerja, bukan sebagai pihak yang harus ditakuti. Kita harus sama-sama bergerak demi RSU dr. Fauziah Bireuen yang lebih baik, menjadi rumah sakit kebanggaan masyarakat Bireuen.”
Hampir setahun sudah Mahyani Muhammad kembali ke Bireuen setelah diminta sebelumnya oleh H. Mukhlis, ST, terlibat aktif dalam pilkada bersama paslon H. Mukhlis, ST dan Ir. Razuaridy, MT dalam tanggung jawabnya sebagai Ketua Jurkam dan Jubir. Keputusan kembali ke Bireuen bukanlah keputusan ringan. Beliau meninggalkan segala aktivitas di Medan, Sumatera Utara, termasuk lembaga hukumnya sendiri yang telah berjalan stabil, serta meninggalkan berbagai kegiatan akademis di beberapa kampus.
“Saya tinggalkan semua itu karena panggilan hati untuk membangun Bireuen bersama pemimpin Bireuen. Saya merasa ini saatnya berbuat untuk daerah, bukan hanya menyaksikan dari jauh,” ungkap Mahyani Muhammad dengan nada tenang.
Mengapa Mahyani Muhammad begitu terpanggil? Jawabannya bisa dilihat dari akar silsilah keluarganya yang memang sarat dengan nilai perjuangan dan pengabdian untuk masyarakat.
Ayahandanya, Muhammad Amin, lebih dikenal dengan nama Muhammad Aceh Kongsi, lahir pada 5 Maret 1939 (sebagian data menyebut 5 Maret 1941) dan wafat di Medan pada 25 Juli 2016. Beliau adalah putera pertama dari Amin bin Peutua Hasan, penduduk asli Krueng Baroe Babah Krueng Peusangan, yang dulu dikenal sebagai Keurani Ampon Chik Peusangan.
Walaupun ayahanda Mahyani Muhammad sempat bersekolah di MIN Krueng Baroe Peusangan, lalu melanjutkan ke SMEP-N Medan dan SMEA-N Medan, namun beliau tetap kembali ke Bireuen untuk menjadi bagian dari masyarakatnya, dan menetap di Leupe Gampoeng Cureh, Geulanggang Gampong, Kota Juang Bireuen.
Sementara ibundanya, almarhumah Nuraini binti Muhammad Saleh, lahir pada 25 Oktober 1948 dan wafat pada 17 Juni 2019 di Medan. Ia adalah putri tertua dari Muhammad Saleh, seorang ex Pimpinan Lembaga Pemasyarakatan (Penjara) Bireuen, juga merupakan abang sepupu dari Irwandi Yusuf Gampong Sagoe Bireuen.
Dari jalur ibunya, Mahyani Muhammad merupakan cucu dari Tgk. Alief bin Tgk. Prang Buket Teukuh, Kota Juang Bireuen.
Masih dari jalur ibunda, Mahyani Muhammad adalah cucu dari Tgk. Banta Cut Krueng Panjoe Kuta Blang Bireuen, yang bersaudara sepupu dengan Ampon Chik Peusangan.
Dengan silsilah keluarga seperti itu, wajar bila Mahyani Muhammad memiliki ikatan emosional kuat dengan Bireuen, karena dalam tubuhnya mengalir darah para indatu yang telah mewarnai sejarah Peusangan dan Bireuen dimasa lalu.
Riwayat Pendidikan dan Karier Profesional
Mahyani Muhammad lahir di Leupe, Gampong Cureh Geulanggang Gampong Bireuen, pada Sabtu, 12 Maret 1966. Beliau menyelesaikan pendidikan di MIN-1 Pulo Kiton Bireuen (lulus 1979), SMPN-1 Bireuen (lulus 1982), SMAN-1 Bireuen (lulus 1985), serta melanjutkan pendidikan S1 dan S2 di Medan, dan mulai berkarier di sana sejak Juli 1985 hingga Agustus 2024.
Beliau pernah memegang jabatan strategis tingkat nasional seperti Kepala Kantor Wilayah Perusahaan Pengelola Aset (PPA) wilayah Sumatera Bagian Utara, yang mengelola aset-aset negara pasca krisis, aktif di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) saat era restrukturisasi perbankan.
Pemilik kantor hukum di Medan dan akademisi di sejumlah kampus di Medan, Sumatera Utara.
Mahyani Muhammad menikah dengan Susy Aryani, lahir pada Sabtu, 12 September 1970, yang kini menjadi pendamping hidupnya di Bireuen, sebagai putri pertama dari almarhum Bachtiar Adam, mantan karyawan Firma Tawi & Son yang pernah bermukim di Medan dan Padang.
Kakek dari pihak ayah istrinya adalah Tgk. Adam dari Gampong Arè, Pidie.
Sementara dari jalur ibunya, almarhumah Hj. Ainal Mardhiah adalah putri dari almarhum H. Abdullah, atau yang dikenal sebagai Toke Lah, tokoh di Simpang Pulo Ara Bireuen yang dikenal bersahabat dan beriparan dengan H. Mahmud Brother.
Kini, Mahyani Muhammad menetap di Gampong Pulo Ara Bireuen, bersama istri dan keluarga besar istrinya. Sementara ketiga anaknya tidak berada bersamanya saat ini, karena masing-masing sedang menempuh pendidikan di luar daerah:
Ars. Raisa La Tanza Qafka, ST, lahir di Lhokseumawe, 20 November 1998, mantan engineer contruction di PT. Adhi Karya Medan, kini sedang melanjutkan S2 Arsitektur di Samsun University, Turki.
Azzumar Azza Akbar, SH, MKn, lahir di Medan, 3 Februari 2000, lulusan S2 Kenotariatan di Fakultas Hukum USU Medan, saat ini sedang magang profesi di Medan.
Ghianna La Tanza Firqah, lahir di Medan, 17 Juni 2003, sedang menyelesaikan S1 di Fakultas Teknik Industri USK Banda Aceh.
Sebagai Ketua Dewan Pengawas, Mahyani Muhammad bekerja bersama dua anggota lainnya, yakni dr. Irwan, Kadis Kesehatan Kabupaten Bireuen, dan Mawardi, S.STP, M.Si, Kepala Badan Pengelola Keuangan Kabupaten Bireuen
Mahyani Muhammad menegaskan, membangun RSU dr. Fauziah Bireuen, sebagai BLUD tak hanya soal memperbesar aset, tetapi soal memperbaiki manajemen dari hulu ke hilir, mulai dari level strategis hingga ke jajaran cleaning service.
“lebih dari 60 pointers dalam lingkup manajemen yang harus diperhatikan, mulai dari pengaturan capital oleh top manajemen hingga kepuasan pelanggan dan aspek kebersihan. Semua itu harus berjalan dalam keharmonisan,” jelasnya.
Ia mengajak semua pihak untuk bekerja sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing dengan penuh tanggung jawab, agar rumah sakit ini bukan hanya tempat berobat, tapi menjadi inspirasi kebahagiaan bagi masyarakat.
“RSU dr. Fauziah harus menghadirkan suasana seperti rumah sakit di luar negeri, yang ramah, nyaman, dan profesional. Mari kita wujudkan itu bersama.”
Kepulangan Mahyani Muhammad ke Bireuen adalah sebuah panggilan jiwa, bukan sekadar pergeseran karier. Dengan darah juang yang mengalir dari para indatu dan pengalaman nasional yang panjang, Mahyani Muhammad siap berkolaborasi membangun RSU dr. Fauziah Bireuen dan menjadikannya rumah sakit kebanggaan masyarakat Bireuen.
“Saya mohon doa restu dari semua pihak. Semoga amanah ini bisa saya jalankan dengan baik. Kita ingin rumah sakit ini bukan hanya membanggakan, tapi juga mensejahterakan masyarakat,” tutup Mahyani Muhammad.
Teuku Fajar Al-Farisyi